Hal Dua Puluh

524 38 3
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa tekan bintang dipojokan!!

Alya menyusuri lorong yang sepi. Itu dikarenakan sekarang masih jam pembelajaran. Dirinya tak tahu harus kemana. Mulutnya pun sudah tak berniat makan dan mengisi perutnya.

Alya tak memikirkan Zharif, biarkan dia mau pergi kemana pun Alya tak peduli. Bahkan Zharif pulang pun Alya tak menghiraukannya. Kini Alya masih setia melangkah. Ada niatan dibenaknya untuk tidak mengikuti jam pembelajaran mapel pertama. Itu karena pelajaran Pak Dodi. Guru yang hobi menghukumnya.

Lagipula Via pasti sudah mengizinkannya pada Pak Dodi. Kemana lagi tempat pelarian Alya jika bukan perpustakaan. Dirinya masih setia menenteng tas sekolahnya yang begitu enteng seperti tak berisi. Namun, saat ia hendak melangkahkan kaki memasuki perpustakaan. Ada tangan yang mencekal pergelangannya.

Berhubung ia tak membawa ponsel, jadi Alya langsung saja mendongak ke arah tokoh yang mencekal angannya tersebut.

"Bisa ngobrol?" dua kata tersebut tentu saja membuat Alya berbinar bukan main. Ya pasti kalian tau lah siapa yang menjadi lawan bicara Alya jika bukan Fikri.

Kelas Fikri sedang memasuki jam kosong. Itu dikarenakan guru pada mapel tersebut sedang berhalangan hadir. Jadi Fikri berniat mengunjungi perpustakaan untuk menghabiskan waktunya menunggu mapel selanjutnya.

Mereka pun memutuskan untuk duduk dibangku pada halaman depan perpustakaan tersebut. Letaknya sedikit jauh dengan perpustakaan, jadi itu tak akan berpengaruh jika mereka berbincang dengan sedikit keras.

"Kenapa ka?" Alya masih menatap Fikri intens. Sesekali Fikri mengalihkan pandangannya agar tidak terlalu lama menatap Alya.

"Lo telat lagi?" pertanyaan Fikri dibalas antusiasme oleh Alya. "Kenapa?" lanjut Fikri.

Alya mulai merasakan ada perubahan sifat Fikri kepada Alya. Atau mungkin ini hanyalah sebuah kebetulan belaka? Entahlah. "Eum tadi malem abis ngejar nonton film. Jadi kesiangan deh. Tadi juga nyari sepatu agak lama. Hehe"

Fikri mendengus kesal akan sikap Alya yang tak pernah berubah. "Penting ya nonton Film?" lagi lagi pertanyaan Fikri dibalas anggukan senang oleh Alya.

"Gue boleh minta satu permintaan sama lo?" pinta Fikri yang menatap dalam manik mata Alya. Jantung Alya berdegup kecang. "Bbboleh kok ka"

"Jangan telat lagi" pernyataan tersebut tentu saja membuat Alya mendengus kesal. Alya pikir Fikri akan menembaknya, ternyata.

Fikri yang mengetahui perubahan raut wajah Alya pun tahu bahwa Alya tidak setuju dengannya. "Gue tau lo hobi dihukum. Lo bisa kok minta hukuman apa aja ke Denta ataupun ke Pak Budi, tapi gue harap lo gak telat masuk sekolah"

"Lah gimana caranya kak? Ka Denta sama Pak Budi kan hobinya ngehukum Alya kalo telat. Terus kalo Alya gak telat, Alya mau dikasih hukuman apa?"

"Gue tau lo punya seribu cara." Alya masih bingung apa maksud Fikri menyuruhnya seperti itu. Bukankah selama ini Fikri baik baik saja dengan sikapnya.

Keduanya terdiam. Fikri entah memikirkan apa, namun Alya masih memikirkan perkataan Fikri.

"Alya"

Satu panggilan yang membuat mereka mengharuskan membuyarkan lamunannya masing masing. Ternyata itu adalah Denta.

"Gue cariin lo dari tadi. Ternyata lo disini. Kan gue udah bilang, kalo hukumannya udah selesai, lo harus balik ke kelas. Terus Zharif kemana? Kan terakhir bareng lo!"

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang