Hal Delapan

704 42 5
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang dipojokan

Hari ini adalah hari dimana Alya dan Fikri harus berjuang mati matian demi membanggakan olimpiade. Mereka dituntut untuk bisa datang lebih awal ke sekolah agar mendapat pembinaan terlebih dahulu. Kini, Alya dan Fikri telah berada di ruang olimpiade menunggu guru pembimbing mereka datang dan kemudian berangkat ke lokasi.

Alya hanya terfokus pada ponselnya. Ia berusaha meminta doa kepada teman melalui grub kelas. Ia juga masih sempat meminta maaf kepada anak kelas karena akhir akhir ini ia tak berada di kelas. Bukan maksud meminta maaf seperti orang biasa, Alya meminta maaf karena tak bisa membuat gaduh di kelas. Ya, itulah Alya.

Sedangkan Fikri, ia memang perlu di beri piagam penghargaan sebagai anak terajin. Pasalnya ia masih sempat untuk membaca ulang materi materi yang diperkirakan nanti akan keluar. Walaupun dirinya sudah berlatih, menurut Fikri selagi ada waktu untuk menambah pengetahuan kenapa tidak?.

"Assalamu'alaikum" salam seseorang ketika memasuki ruangan. Alya dan Fikri pun spontan menghentikan aktivitasnya.

Ketika dilihat, yang masuk adalah Pak Heri -kepala sekolah-, Bu Sinta -guru pembimbing olim Fisika-, dan Bu Anna -guru pembimbing olim biologi-. Alya pun langsung memasukan ponselnya pada saku. Kali ini mungkin yang akan berbicara adalah Pak Heri, karena Bu Sinta dan Bu Anna masuk lalu mempersiapkan segala kebutuhan.

"Assalamu'alaikum wr.wb" salam Pak Heri.

"Waalaikumsalam wr.wb" jawab orang yang ada di dalam ruangan.

"Bagaimana persiapannya?" tanya Pak Heri pada keduanya "Bapak harap kalian bisa membanggakan SMA PELITA HARAPAN. Tahun lalu sudah ada Rio Awwab Irawan yang mewakili sekolah ini dalam ajang olimpiade biologi. Rio telah berhasil memenangkan juara satu." lanjut beliau.

Alya tak menangka bahwa kakaknya adalah anak olimpiade. Pasalnya kakaknya tak pernah bercerita sedikitpun padanya.

"Maaf pak, mau tanya" Alya pun mengalihkan perhatian semua yang berada di dalam kelas.

"Oh iya boleh, nama kamu siapa ya? Saya belum kenalan." ucap Pak Heri seakan tak kenal, padahal ia sering berjumpa dengan Alya ketika Alya membuat ulah.

"Nama saya Alya Safira Larasati pak. Saya kelas X IPA 1" Alya mencoba untuk memperkenalkan diri yang sebenarnya sudah dikenal.

"Oo kamu kelas X, makannya bapak jarang liat kamu. Bapak cuma tau nama Alya anak yang sering bikin ulah, kata beberapa guru"

Alya pun terkekeh mendengarnya. "Itu saya pak. Saya mau tanya, Ka Rio Awwab Irawan itu ikut olim kelas berapa?"

"Rio ikut olim dari kelas X. Tapi cuma ikut lomba pas kelas XI. Karena pas kelas X ia belum mau ikut lomba. Emang kenapa Alya?"

"Itu kaka saya pak!" semua orang pun terkejut akan pengakuan Alya. Pasalnya hanya beberapa orang saja yang tahu bahwa Alya dan Rio kaka adik.

"Oo itu kaka kamu. Makannya sama sama pinter" puji Pak Heri yang membuat Alya kesal karena disamakan dengan Rio.

Fikri hanya mencoba untuk mengingat ingat siapa Rio, dan ia pun kembali ingat. Rio adalah teman olimnya selagi ia kelas X. Rio anak yang rajin, dirinya terinspirasi dari Rio. Namun ia juga masih tidak menyangka bahwa Alya adalah adik Rio, karena keduanya memang berbanding terbalik.

"Pak, mari kita berangkat. Karena lombanya akan dimulai pukul 08.00 WIB." tukas Bu Anna pada Pak Heri.

"Ayo anak anak kita berangkat. Hari ini kalian akan didampingi oleh Bu Anna dan Bu Sinta. Maaf saya tidak bisa ikut dikarenakan tadi ada beberapa tugas yang harus saya kerjakan. Nanti kalian berangkat menggunakan mobil sekolah"jelas Pak Heri. Mereka pun bersiap siap dan berangkat menuju tempat olimpiade.

Sementara itu, bel masuk sudah berbunyi. Di kelas X IPA 1 kali ini sedang pelajaran biologi. Namun sudah dipastikan kosong karena Bu Sinta pergi mendampingi Alya. Denta seperti biasa berkeliling sekolahan lima menit setelah bel.

"Denta" panggil salah satu guru piket saat Denta hendak melanjutkan tugasnya.

"Oh iya pak, ada yang bisa saya bantu?" tawar Denta ramah.

"Saya mau minta tolong, ini ada tugas dari Bu Sinta tolong sampaikan kelas X IPA 1 ya"  Denta pun langsung berjalan menuju kelas tersebut. Lagi lagi kelasnya dalam suasana yang ramai. Ntahlah, ini kelas IPA serasa IPS.

Denta langsung masuk begitu saja. Semua siswa langsung membungkamkan mulutnya. "Nih ketos ngapain lagi sih" dengus Riska malas.

"Assalamu'alaikum wr.wb" salam Denta

"Waalaikumsalam wr.wb" jawab semuanya.

"Jangan tegang, ini ada tugas dari Bu Sinta buat kalian" Denta pun meletakan kertas tersebut di meja guru.

"Iya ka, Bu Sinta sedang mendampingi Alya olimpiade ka" tukas salah satu siswa.

"Oo tuh curut olim" batin Denta.

"Iya dong, calon pacar gue mah gitu. Pinter" sombong Aldo tanpa malunya. Semua siswa hanya menyuraki Aldo. Sedangkan Denta hanya diam dan menyerapi kata kata Aldo. "Calon pacar?" hati Denta bertanya tanya.

"Alah, muka lo berapa sih FAKEtuu!!" lawan Riska dengan menekankan kata FAKE.

"Kalo lagi bikin ulah aja lo gak ngakuin temen. Ini ikut olim lo akuin calon pacar!! Gue kaga ngrestuin lo sama Alya" sahut Via. Denta sedikit merasa lega.

"Gue kaga butuh restu dari lo!! Gue cuma butuh restu dari kedua orang tuanya!" gas Aldo.

Semua orang pun mulai menyiapan posisi untuk menonton perdebatan mereka yang begitu asik. Denta pun masih betah memperhatikan mereka.

"Gue jamin Alya kaga mau sama lo!!" Riska masih tak terima.

"Ya sudah, kaka mau keluar. Kalian lanjut aja debatnya. Siapa tau nanti sekolah mau mengajukan kalian sebagai tim debat" Denta pun berlalu meninggalkan tanda tanya bagi mereka. "Tuh ketos kerasukan apa?" tanya Riska yang tak mendapat jawaban.

Dilain tempat, kini Alya dan Fikri telah memasuki ruang lomba OSN. Banyak dari beberapa sekolahan juga yang mengirimkan perwakilannya. Disana banyak cowo ganteng nan pinter yang mengikuti, namun lagi lagi Alya hanya tertarik pada Fikri. Tak ada yang salah jika kaum adam menyukai Alya, toh Alya ini cantik. Yang salah adalah Fikri kenapa masih tak mau menerima Alya yang begitu cantik.

Bu Sinta dan Bu Anna hanya dapat menunggu diluar ruangan dan tidak diperbolehkan masuk. Beliau pun berbincang dengan guru dari sekolah lain dengan mempertanyakan bagaimana keadaan prestasi di sekolah tersebut. Mama Alya pun sempat menghubungi Bu Sinta untuk memastikan Alya.

Berbeda latar, mama Alya yang baru saja usai menghubungi Bu Sinta, berjalan menuju suaminya. Rasanya ia sangat bangga akan kehebatan kedua anaknya.

"Pa, nanti kalo Alya menang kita mau kasih hadiah apa?" tanya mama Alya.

"Hem, apa yah? Kira kira yang cocok buat Alya apa? Apa kita tanya aja ke anaknya biar dia yang milih hadiahnya?" usul papa.

Mama Alya pun nampak berfikir, "Jangan, nanti kalo Alya yang milih namanya bukan hadiah dong. Oh mama tau!"

"Apa?"

"Bagaimana kalo Alya kita kasih hadiah....."

Thanks for Readers
Next part.
12 July 2k19.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang