Hal Enam

792 48 4
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang dipojokan.

Sementara itu, suasana di kantin sangatlah ramai. Untung saja Riska dan Via lebih awal, jadi mereka masih mendapatkan tepat untuk makan di kantin.

"Tumben berdua" suara itu lantas membuat mereka berdua menoleh ke sumber suara.

"Eh iya ka. Si curut lagi ada urusan" tukas Riska ketika tahu yang berbicara adalah Denta.

"Oo. Ternyata curut juga sibuk ya?" jawab Denta sedikit meremehkan.

"Gabung ka?" tawar Via pada Denta. Pasalnya hanya Dentalah yang belum duduk diantara mereka bertiga.

"Oh makasih. Ini cuma beli minum doang. Gue mau balik ke ruang osis. Duluan ya" pamit Denta pada mereka

"Tumben baik. Tuh ketos kerasukan apa dah?" tanya Riska pada Via. "Tau ah"

Beda tempat, beda pula tokohnya. Kini hanya ada Alya dan Fikri dalam satu ruangan. Sedari tadi tak ada yang mengasikan bagi Alya, walau terkadang ia memang berniat mengganggi Fikri agar tidak kesepian.

Fikri telah mengganti soalnya dengan buku paket yang lumayan tebal bagi pelajar. Namun Alya, dirinya belum juga selesai mengerjakan soal yang diberikan oleh Bu Sinta. Bukan karena ia tak bisa, tapi karena ia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk memandang Fikri yang jelas jelas sedang sibuk dengan dunianya.

Tiba tiba, terbesit ide di dalam otak Alya. Bukan ide untuk mengerjakan, melainkan ide untuk membuat suasana lebih hidup.

"Ka" ucap Alya ketika telah sempurna berdiri di depan Fikri.

"Hm" jawab Fikri tanpa memandang Alya sedikit pun.

"Gue mau ke Alfamart depan. Kaka mau titip sesuatu gak?" tawar Alya yang membuat Fikri terpaksa harus menatapnya.

"Eum. Gak. Makasih" Fikri pun kembali dengan bukunya.

"Dingin banget dah. Awas aja, belom kenal gue nih gini" batin Alya berucap dan menimbulkan senyum devil dibibir mungilnya.

"Ya udah. Gue keluar dulu. Bye. Jangan kangen" Alya pun keluar dari ruang olimpiade.

Baru beberapa langkah ia keluar, kini ia sedang berpapasan dengan ketua osis yang tidak bosan menghukumnya.

"Hai kaka ketos." sapa Alya begitu ceria.

"Hai juga. Tumben sibuk" sindir Denta pada Alya. Karena ia tak tahu apa yang sedang Alya sibukkan dan ternyata ia sangat santai.

"Oh iya dong. Alya mah sibuk terus. Kapan Alya gak sibuk sih ka?"

"Iya, lo itu sibuk ngejalanin hukuman yang gue kasih" ketus Denta

"Nah itu kaka tau. Termasuk sibuk mikirin kaka. Hahaha. Bye, jangan kangen" Alya pun berlari sebelum ia kena oleh Denta. Dirinya boleh saja dikatakan bahwa pede tingkat dewi. Serasa urat malunya telah putus.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang