Hal Dua Puluh Satu

490 36 2
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa tekan bintang dipojokan!!

Semenjak Alya pingsan di sekolah, Rio langsung saja membawa Alya ke rumah sakit. Namun setelah sadar, Alya meminta untuk dirawat jalan. Itu dikarenakan maagnya kambuh.

Hari ini Alya tak berangkat sekolah. Ia masih terbaring lemas dikasurnya dengan infus yang masih menyambung dengan raganya.

"Dek, gue berangkat dulu. Baik baik lo di rumah. Nanti biar gue yang ngasih surat dari dokternya. Sekalian nanti gue bilang ke Fikri", ungkap Rio yang memasuki kamar Alya.

"Iya dah bang, makasih ya. Alya sayang abang" Rio pun langsung mengecup kening Alya.

"Cepet sembuh! Gak usah cari penyakit. Jadi cewe kok lemah." Alya langsung mendelik begitu abangnya mengatainya.

Alya sudah berancang ancang untuk berteriak dan melaporkan perkataan abangnya pada mamanya, namun sayang Rio langsung membekap mulut Alya. "Gue berangkat. Assalamu'alaikum", Rio langsung lari keluar kamar Alya.

"Wa'alaikumsalam untung lebih tua. Kalo gue yang lebih tua, gue usir dia biar jadi gelandangan"

Keadaan SMA PELITA HARAPAN hari ini sangatlah kondusif. Hampir semua tertib, dan tak ada yang telat. Eh ralat, belum ada yang telat. Karena tak tahu bagaimana dengan Zharif, apakah dia tak berangkat atau mungkin akan berangkat lebih siang.

Rio berjalan menuju kelas adeknya. Tentu saja untuk menyampaikan surat tentang sakitnya Alya. Sebenarnya Rio tak tega jika Alya sakit. Maka dari itu dirinya selalu ingin membuat Alya kesal dengannya. Alya memang memiliki riwayat maag akut. Tapi dirinya selalu keras kepala untuk tidak makan pedas. Terakhir penyakitnya kambuh dua tahun yang lalu, itu sampai kritis dan dirawat seminggu di Rumah Sakit.

"Assalamu'alaikum" salam Rio melenggang masuk ke kelas Alya. Kelas yang sudah hampir terisi semua bangkunya. Rio langsung saja menuju Via yang sedang duduk dengan Riska.

"Suratnya Alya" tanpa basa basi Rio langsung memberikan surat beramplop coklat itu Via yang tengah melihatnya.

"Hah? Surat apa Ka? Surat cinta?" tukas Riska banyak drama.

"Surat dokter" pernyataan Rio langsung disambut muka tak percaya oleh kedua makhluk itu.

"Hah? Curut gue kenapa kak?" Via dengan spontang mengatakan seperti itu.

"Curut lo?!! Adek gue!!" kata Rio dengan penuh penekanan. Via dan Riska hanya bisa cengengesan karena keceplosan. Anak kelas yang menyaksikan itu ada yang senang ada yang menahan tawanya. Mereka senang karena mungkin untuk hari ini kelas bisa damai.

"Kita pengen jengukin Ka, tapi kayaknya nanti sore kita ada kerja kelompok. Jadi kita nitip salam aja ya kak. Salamin buat Alya suruh cepet sembuh, biar kelas cepet rame" perkataan Via tentu saja membuat banyak tatapan tajam menghujamnya.

"Sekalian Ka, salam buat Alya dari calon imamnya" ceplos Aldo begitu saja. Rio spontan menatap Aldo dan mengerutkan dahinya, "calon imam?" Aldo hanya cengengesan.

"Buat calon imamnya Alya, banyak banyakin waktu buat belajar biar jadi orang sukses. Perdalam agama. Karena adek gue gak cuma butuh materi, tapi rohani juga perlu" Rio sok bijak didalam kelas Alya. "Oh ya satu lagi, kayaknya Alya udah punya calon imamnya. Ya walaupun itu belum tentu jodoh. Tapi gue salut sama lo, berjuang terus pantang mundur" Rio menepuk bahu Aldo dan melenggang pergi dari kelas Alya.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang