Hal Dua Puluh Delapan

384 28 1
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa tekan bintang di pojokan!!

Hari ini genap seminggu saat Denta menyatakan cintanya pada Alya. Dan hari ini pula Alya harus memberikan jawabannya. Seminggu berjalan pun Fikri sama sekali tak berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan Alya.

"Maaf nunggu lama, tadi gue abis ada rapat OSIS dulu" Alya melepas earphonenya dan menggeser tubuhnya agar Denta bisa duduk di sebelahnnya.

"Sante, lagian gue juga baru sampe kok" Dari pagi Denta telah mengultimatum Alya untuk menemuinya di taman waktu jam istirahat.

Mereka terdiam beberapa saat, ada rasa canggung bagi Denta saat berada di sisi Alya. "Euum--jadi gimana Al?"

Alya menatap Denta, beberapa saat manik matanya bertemu. Namun ia memutuskan untuk mengakhirinya dan menatap ikan kecil yang sedang berenang di kolam tepat yang berada di hadapannya.

"Eumm-- gimana yak?" Alya bertanya pada diri sendiri.

"Gue gak maksa lo kok Al"

"Gini kak, kalo kita pacaran kan tujuannya cuma satu. Putus"

Denta spontan menatap Alya. Ia benar benar tak mengerti akan apa yang di ucapkan oleh Alya. "Maksudnya kalo kita pacaran tuh bakal putus. Antara putus karena udahan sama putus karena kita mau lebih serius."

"Jadi--??"

"Jadi, gue ngehargain lo kalo lo nyaman sama gue kak. Gue gak bakal ngejauhin lo, gue juga nyaman kok kalo bareng lo."

Senyum lebar terlihat mengembang di raut wajah Denta. Ia sangat terlihat bahagia. "Lo nerima gue?" tanya Denta berbinar.

Alya berusaha menggenggam tangan Denta, menatap manik mata yang berbinar itu. "Gue nerima lo sebagai teman gue kak, karena teman gak bakalan ada kata putus diantara kita"

Air wajah Denta benar benar berubah seratus delapan puluh derajat. Ia memalingkan wajahnya dan menatap kosong dedaunan yang masih menyatu dengan ranting yang ada dihadapannya. Tanpa melepaskan genggaman tangannya dengan Alya.

"Fikri yang jadi alasannya?"

Alya semakin mempererat genggamannya, ia merasa bersalah. "Bukan kak, bahkan gue gak tau harus gimana lagi sama kak Fikri"

"Seremaja ini gue belom pernah ngerasain kaya gini Al. Gue emang benci anak yang ngelanggar aturan, tapi gue gak tau kenapa gak bisa benci sama lo. Gue rasa cuma lo yang emang bisa bikin gue nyaman." Denta belum juga ada niatan untuk menatap Alya.

"Kak, gue gak ngelarang lo buat nyaman sama gue. Gue bahkan mempersilahkan lo kalo lo mau benci gue"

"Cuma orang bodoh yang benci orang yang dia sayang"

Alya dengan spontan memeluk Denta yang masih tak bergeming. Denta hanya ingin merasakan pelukan orang yang dia sayang. "Kak, gue janji gue gak bakal ngejauhin lo. Lo boleh anggap gue lebih dari sekedar adik kelas. Tapi kalo untuk pacaran gue belom bisa kak, maaf"

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang