Hal Tiga Puluh Tiga

385 27 0
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang di pojokan

Sore ini, keluarga Azlan sedang berkumpul di ruang keluarga. Rencananya ada yang mau mereka katakan pada anaknya. Satu minggu lalu ujian nasional telah resmi dilaksanakan. Rio sudah berjuang mati matian.

"Papa mau ngomong. Hp kalian taroh dulu" jika papanya sudah mengatakan seperti itu berarti akan ada hal penting yang ingin dikatakan.

Alya dan Rio sudah duduk manis. Begitupun dengan mamanya. Televisi dimatikan, nampaknya memang ini adalah hal penting.

"Rio, kamu kuliah di USA ya? Nanti papa yang urus semuanya." mendengar kalimat itu Alya dalam hati bersorak. Namun berbeda dengan raut wajah Rio yang begitu kaget.

"Apa pah? Gak. Rio lagi ngurus univ di Indonesia" Rio nampaknya kesal. Karena dari dulu ia sudah bercita cita masuk univ itu.

"Rio, coba kamu pikir pikir dulu" ucap mama menenangkan Rio.

"Kamu kan pinter. Kamu bisa dapet univ yang bagus di USA. Kamu juga bisa dapet beasiswa. Alasan papa nyuruh kamu ke USA ya biar kamu punya pengalaman lebih luas. Apa salahnya sih? Semua biaya hidup papa tanggung!"

"Gak pa! Papa gak ngerti gimana rasanya Rio mati matian buat dapetin univ ini. tinggal selangkah lagi pah Rio bisa keterima! Tinggal nunggu pengumuman." Rio tak mau kalah telak. Berbeda dengan Alya yang asik menyaksikan mereka berdebat.

"Abang, yang pelan ngomongnya sama papa" bisik Mama pada Rio. Alya terkekeh mendengar itu.

"Jadi Alya kepake nggak nih disini? Kalo enggak Alya mau pergi aja" belum juga dirinya berjalan sudah ditarik untuk duduk kembali oleh Rio. Decak sebal terdengar dari mulut Alya.

"Adek sini aja! Biar tau gimana susahnya kuliah" perintah papanya yang mau tak mau harus ia angguki.

"Papa gak bisa gitu dong. Rio juga punya tujuan sendiri! kalo masalah pengalaman di sini juga bakal banyak pengalamannya pa!"

"Tapi beda! Sekarang gini. Kalo kamu bisa ngambil beasiswa di Indonesia, papa bakalan tanggung semua biaya selama kamu kuliah. Tapi kalo kamu gak bisa dapet beasiswa, kamu papa antar ke USA!" keputusan papanya sangat berat. Bukan tak mungkin ia mendapat beasiswa, namun hanya saja tak yakin.

"Terserah papa!" Rio langsung meninggalkan tempat itu dan memasuki kamarnya. Dirinya sengaja menutup pintu dengan kerasnya.

"Papa gak salah ambil keputusan kan yak?" tanya Alya memastikan. Mamanya hanya mengelus kepala Alya. Sebenarnya mamanya tak tega dengan Rio.

"Gak! Papa cuma pengen Rio dapat dipercaya. Papa cuma pengen buktiin seberapa usahan dia dapet beasiswa. Sebenarnya papa gak bakal ngirim dia ke USA. Papa percaya, kalian pinter, tapi paoa cari nyamannya kalian aja."

Alya tertawa dengan kerasnya dan tak henti. Ah ternyata ini hanya prank semata.

"Kenapa gak beneran aja sih pah? Cuma prank gak asik ah!"

"Percuma papa buang buang duit kalo misalnya abangmu itu gak nyaman di USA. Terus dia gak berprestasi. Ya percuma dong uang papa" beliau tertawa. Begitupun dengan Alya. Mama Alya telah memasuki kamar Rio untuk menenangkannya. Namun beliau tak memberi tahu bahwa ini prank.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang