53. MELUPAKAN?

96.1K 10.5K 3.9K
                                    

53. MELUPAKAN?

Di perjalanan pulang Ara terlihat terdiam. Tatapannya datar, dadanya naik turun dengan rasa sesak di hatinya. Bahkan ia mengendarai di kecepatan rata-rata.

Mulai sekarang, jauhin gue!

Lagi-lagi ucapan Arya terulang bagai kaset rusak. "Brengsek!" Ara mengumpat ketika kembali mengingat ucapan Arya. Bahkan cowok itu tidak ada di kelas saat ia kembali kekelas.

Brakk!

Ara terjatuh dari atas motor saat motornya tiba-tiba oleng. Ia sedikit meringis saat sikunya berdarah, untung dirinya terjatuh di rerumputan. Jika di jalan, sudah di pastikan akan banyak luka yang ia dapat. Kepalanya menengok kanan dan kiri. Namun naas tidak ada seorang pun disini.

Dengan terpaksa ia berdiri dan mengangkat motornya sendiri. Mulutnya berdecak kesal saat melihat ban motornya bocor, pantas saja oleng tadi.

"Sial! Apes banget gue hari ini." Ara mengusap kasar rambutnya. Perasaan dia hidup tidak pernah jauh-jauh dari kesialan. Selalu saja ada masalah yang datang di hidupnya.

"Yakali gue dorong nih motor? Mana masih jauh banget," gumam Ara melihat jalanan yang jarang di lewati orang-orang. Banyak pohon rindang disini, seperti hutan saja.

Akhirnya Ara memilih mendorong motornya perlahan dengan kaki yang pincang. Sudah lututnya luka, kini lengannya juga luka. Tapi wajahnya tidak pernah terlihat kesakitan. Baru beberapa langkah saja keringatnya sudah membasahi seragam sekolah Ara.

"Yaallah, cape banget gue." Ara menghentikan langkahnya sebentar kemudian kembali melanjutkan mendorong.

"Lo ngapain Ra?"

Ara berhenti, ia berbalik menatap kebelakang. Matanya membulat saat melihat siapa yang berbicara tadi. "Raga?"

Begitu juga dengan Raga yang melihat penampilan Ara yang terlihat memperhatinkan. Tubuh cewek itu dipenuhi dengan luka. Dengan cepat Raga turun dari atas motornya menghampiri Ara. Ia mengambil alih motor cewek itu.

"Lo luka gini Ra!" Raga memegang tangan Ara, dan memang benar sikunya berdarah cukup banyak.

Raga tidak tahu, bahwa lututnya juga berdarah. Namun tertutupi celana jeans. "Gue gakpapa kali, udah lah minggir. Gue mau dorong lagi."

"Motor lo kenapa?"

"Bocor, lo gak liat tuh paku nancap disana?" kesal Ara kepada Raga yang banyak tanya.

Lagi-lagi Raga menahan tangannya, membuat Ara berdecak kesal. "Apaan sih Ga?"

"Ikut ke apartemen gue aja, biar luka lo gue obatin. Gak jauh dari sini kok."

Dahi Ara berkerut. "Lo beli apartemen?"

Raga menggeleng. "Gue tinggal sementara disana. Udah, nanti gue telfon seseorang buat bawa motor lo ke bengkel. Emangnya lo kuat bawa tuh motor yang lebih gede dari badan lo sendiri?"

Ara terlihat memikirkan ucapan Raga yang ada benarnya juga, cowok itu benar. Ia tidak mungkin sanggup mendorong sampai rumah, sedangkan rumahnya masih sangat jauh dari sini. "Yaudah ikut lo aja."

Raga tersenyum senang. Ara naik keatas motor Raga dengan pelan. Namun hingga beberapa menit cowok itu tidak menjalankan motornya. "Jalan bego! Bensin lo habis?" kesal Ara.

"Peluk dulu, baru gas."

Ara bergidik ngeri, ternyata cowok itu masih belum berubah. "Ogah!"

"Yaudah, gak bakal jalan."

ARYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang