2172 kata🐸
***
UCAPAN Alexa masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ara kembali kekelas begitu bel masuk berbunyi, begitu juga dengan Alexa yang sudah sibuk dengan buku catatannya. Cewek itu memang giat sekali jika masalah belajar. Berbanding dengan Ara yang malas, tapi tetap saja pintar.
Hembusan nafas terdengar, harusnya Ara ikut bolos tadi bersama Arya. Dari pada harus mendengarkan penjelasan di depan yang membuat kepalanya pusing.
Tatapan mereka beralih kearah Ara yang mengangkat tangan kanannya. "Pak saya mau izin ketoilet."
Pak Guru mengangguk, meski curiga Ara tidak akan kembali lagi kekelas. Ya, karna itu hanya alibi Ara saja agar bisa membolos.
Ara menyusuri koridor sendiri. Sepi, itu yang menggambarkan suasana sekarang. Ya, karena pelajaran sedang berlangsung. Tapi Ara malah berinisiatif untuk bolos, entah kemana. Mungkin menyusul Arya?
Ara mengusap keringat di dahinya, lelah karena harus menaiki banyak tangga untuk menuju Rooftop. Ara yakin, Arya pasti akan kesana. Karena Arya lebih memilih bolos ke Rooftop jika jam segini.
Senyumnya terukir saat melihat Arya yang memejamkan matanya, cowok itu belum menyadari kehadiran dirinya disini. Ara ikut mendudukan dirinya di samping Arya, ia memperhatikan setiap inci wajah Arya. Apa yang kurang? Hidung mancung, bulu mata tebal. Dan—bibir yang seksi.
"Lo kenapa?" Ara berguman pelan.
Perlahan mata itu terbuka, dahinya mengernyit bingung. "Kenapa lo disini?"
Ara menatap manik hitam itu. "Bosen."
Arya memperhatikan wajah Ara, gadis itu terlihat pucat sekarang. "Ara, lo sakit?" Arya panik sendiri.
Ara menggeleng. "Pusing dikit."
Tangannya terulur mengusap rambut Ara, Arya membawa kepala gadis itu untuk bersender di bahunya. Ara tidak menolak, untuk sekarang ini ia sedang malas untuk berdebat.
"Kita ke UKS, hm?" tawar Arya memperhatikan wajah Ara.
Lagi-lagi gadis itu menggeleng. "Gue mau disini aja sama lo Ar."
"Apanya yang sakit?" Arya bertanya lembut.
"Perut." jawab Ara singkat.
"Datang bulan?" tebak Arya.
Ara menganggukan kepalanya membuat Arya kini tahu kenapa gadis itu tidak banyak bicara hari ini. Tangannya mengelus rambut Ara, sebisa mungkin membuat gadisnya nyaman. Keduanya sama-sama larut dalam keheningan, dengan bergelut pikiran masing-masing.
***
Ardan menghampiri Alexa saat Pak Guru sudah keluar dari kelas, wajah yang datar tanpa ekpresi itu menatap kearah Alexa.
Alexa menaikan alisnya bingung. "Kenapa?"
Ardan mendudukan dirinya di bangku yang di tempati Stella. Stella paham bahwa keduanya butuh waktu berdua, akhirnya ia berpindah ke tempat Riva. Perlahan-lahan ia berusaha untuk menerima kenyataan. Meski itu pahit, tapi Stella sudah berusaha untuk melupakan Ardan.
"Akhir-akhir ini lo sering sama Ara, apa yang kalian bahas?" Ardan bertanya datar.
Mimik wajah Alexa berubah. "Bukan apa-apa."
"Gue tau lo nyembunyiin sesuatu, kenapa? Sebelumnya lo gak pernah nyembunyiin apa-apa dari gue."
Alexa menghembuskan nafasnya gusar. "Ini bukan tentang gue, tapi Ara."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA [TERBIT]
Tienerfictie[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...