48. UJIAN

107K 12.8K 828
                                    

48. UJIAN

Berbulan-bulan berlalu, semua kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Liburan tengah semester sudah berlalu lama, kini kelas 12 sudah mulai sibuk untuk mengikuti ujian. Berusaha mendapat nilai yang baik, atau paling tidak mendapatkan kertas bertulisan 'LULUS'.

Tidak ada lagi yang berubah. Dari Ara yang masih sering membuat masalah, Arya yang sering bolos. Begitu juga dengan Regal yang masih sering mengacau. Namun, tidak untuk hari ini, mereka semua fokus pada komputer di depannya. Mengisi setiap nomer dengan teliti agar mendapatkan nilai yang setidaknya pas KKM. Kalo tidak, lebih juga boleh. Ya, kapasitas otaknya memang segini. Mau gimana lagi?

Seperti halnya dengan Ara yang terlihat sangat fokus tanpa memperdulikan bahwa ada orang lain diruangan ini. Cewek itu terlihat fokus mengerjakan soal-soal didepannya. Untuk kali ini, Ara tidak ingin bermain-main. Karena menyangkut masa depannya juga. Ia harap, guru-guru tidak akan kaget, melihat nilainya nanti.

TRINGGG!

Semua menghembuskan nafasnya lega saat bel sudah berbunyi. Akhirnya, mereka bisa kembali bernafas dengan mudah. Setelah bergulat dengan para angka yang membuat kepala pusing.

Hari ini memang jadwalnya Matematika. Jika siswa lain kesulitan, berbeda dengan Ara yang terlihat santai mengerjakan angka-angka di depannya. Padahal, saat mata pelajaran pak Anas. Ia, hanya bisa tertidur saja, tanpa mau mendengarkan.

"Huaaa! Kepala gue serasa ingin pecah, sumpah! Gila apa tuh soal, susah dimengerti, kayak, doi!" cerocos Keysa menyesap minumannya.

Ara meliriknya sinis. "Lo aja, Alay!"

Kesya membrengut kesal karena ucapan Ara. "Eh, Ra. Tumben lo kayaknya santai-santai aja tuh, gue jadi curiga."

Biasanya Ara paling malas dengan namanya matematika. Tapi, cewek itu terlihat mudah mengerjakan. Bahkan, Ara selesai duluan. Tapi, tetap saja. Hanya bisa keluar ruangan saat waktunya habis.

Alis Ara terangkat. "Ya, karena gue tadi malam belajar lah. Gue kan, pinter."

"Soal tadi cukup mudah sih, bagi, gue. Meski ada beberapa yang gak ngerti," sambar Riva sibuk memakan mie ayam.

"Udah lah, gak usah bahas soal tadi. Pusing, gue." Stella mengurut pelipisnya, karna melihat soal matematika yang setiap zamannya membuat kepala sakit. Kecuali orang-orang yang benar suka.

Terjadi keheningan karna mereka sibuk memakan makanan didepannya. Terlihat menggoda, jadi sayang kalo dilewatkan. Apalagi kalo masih anget, rasanya jauh lebih enak jika masuk mulut.

"Udahlah, gue mau pulang aja. Mending rebahan di kamar, biar besok fress nih, otak." Ara berdiri menuju kearah bu Mumun, untuk membayar mie ayam serta keripik kentang yang tadi ia beli.

"WAHH! GAK ASIK LO, RA!" teriak Keysa.

Ara terkekeh sambil berlari menuju pintu keluar kantin. "PACAR GUE UDAH NYURUH PULANGG!"

"Mentang-mentang punya pacar." Keysa menggerutu kesal. Bibirnya mencibik dengan pipi yang memgembung.

"Regal kan ada, nganggur tuh bocah," celetuk Stella, mendapat delikan tak terima dari Keysa.

"Gue mana mau sama dia," Keysa bergidik ngeri.

"Gue juga ogah kali sama lo!" tiba-tiba saja suara seseorang menyambar, ditatapnya Keysa sinis. Lantas kembali melanjutkan langkahnya kepenjual bakso.

"Bu, pesen baksonya satu dong. Regal laper nih, udah gak kuat. Jadi jangan lama-lama ya bu, gak enak soalnya kalo nunggu, apalagi nunggu kepastian dari gebetan."

ARYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang