Jadi gini, aslinya ku mau nanya ama klean. Niatnya pengin ganti judul "ARYA" jadi, "COUPLE A" tapi setelah di fikir2 lagi malah gimana gitu. Bingung juga, sarannya gimana? Gak usah ganti aja apa?
OH IYA, GAK NYANGKA TERNYATA INI PART DIKETIK 2750 KATA LOHH. BUSET KANNN PANJANG BENER KEK KATA-KATA MANIS MANTAN🤤
***
KAKINYA melangkah kedalam rumah yang sepi, ia melempar asal tasnya dan menidurkan dirinya di sofa, Gavin baru saja pulang dari sekolah beberapa menit yang lalu. Lantas ia menghembuskan nafasnya lelah.
"Sepi amat," gumamnya pelan.
Mata Gavin meneliti setiap sudut rumahnya, rumah yang besar, namun, hanya ada kesunyian. Itu yang membuat ia lebih suka berada di rumah Ara, setidaknya membuat Ara kesal sedikit mengurangi rasa sunyi di hatinya.
Ia menyalakan televisi untuk sekedar mengurangi keheningan. Hingga tatapannya beralih kearah pintu rumah yang terbuka, itu mamanya. Sofi melangkah kearahnya dan mengusap pelan rambut Gavin.
"Kamu udah pulang sayang?" Sofi mengelus rambut Gavin, membuat cowok itu memejamkannya matanya karena sentuhan tangan mamanya.
Gavin mengangguk. "Udah ma, mama dari mana?"
Sofi beralih menatap televisi yang menyala. "Mama kan kerja, buat kamu."
"Kenapa akhir-akhir ini mama sibuk? Mama jarang dirumah juga." Gavin menatap manik mata mamanya, memang benar wajah Sofi terlihat bahwa ia lelah.
Sofi tersenyum kecil. "Mama sibuk akhir ini sayang, banyak kerjaan juga di kantor."
Gavin menidurkan kepalanya di pahanya Sofi, cowok itu memang sangat dekat dengan mamanya. Membuat ia terlihat manja jika bersama Sofi.
Gavin mendongak. "Nanti kalo Gavin udah lulus, Gavin yang akan gantiin mama. Biar mama gak usah cape-cape kerja."
Sofi mengangguk mengiyakan, ia sangat menyanyangi putranya ini. Gavin benar-benar sangat mirip dengan suaminya.
"Iya sayang."
***
Ara menyenderkan kepalanya di punggung Arya, dengan tangan yang melingkar di perut cowok itu. Ia sedikit mendongak, tangannya selalu di usap pelan oleh Arya. Padahal Ara sudah melarangnya, kan gak mungkin kalo nanti ada adegan tabrakan.
"Arya, kita mau kemana?!" Ara berteriak.
Alis Arya berkerut. "Emang mau kemana?"
Kini giliran Ara yang bingung mendengar jawaban Arya, padahal kan cowok itu yang bilang mau pacaran tadi. Ekh—kan, jadi keinget.
Kota jakarta memang tidak jauh-jauh dari kata macet, untung saja Ara dan Arya menggunakan motor. Jadi sedikit mudah untuk bisa menyalip, tanpa harus terjebak macet hingga berjam-jam.
Terdengar suara bising dari beberapa kendaraan, bahkan ada yang sengaja memainkan gas motornya. Dan melaju kencang, tanpa memperdulikan pengendara lain. Padahal itu dapat membuat celaka diri sendiri, terutama pengendara lain juga bisa terkena imbasnya.
Kalo saja Ara menggunakan motornya sendiri, udah ia tantang pengendara tadi untuk balapan. Habisnya gedeg, udah tau lagi macet begini malah sempet-sempetnya—ugal-ugalan—dijalan. Kalo mau gegaya mah mending di sirkuit, bukan di jalan raya begini.
"Doain aja Ra, moga orang tadi nyungsep, atau paling gak masuk jurang," celetuk Ara yang dapat di dengar Arya, meskipun samar-samar.
"HAH KENAPA RA?!" teriak Arya.
![](https://img.wattpad.com/cover/233674366-288-k844991.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA [TERBIT]
Fiksi Remaja[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...