33. KEPINGAN

103K 12.8K 2K
                                        


"Tante Sofi?"

Grep!

Tubuh Ara terdiam kaku, saat Arya tiba-tiba memeluknya erat. Ara tidak membalas pelukan Arya, melainkan matanya menatap kosong kearah Sofi.

"Maafin gue Ra ... maaf, gue udah kasar sama lo." Arya berbisik, namun Ara tetap terdiam di tempatnya.

'Ada satu orang yang gak bisa gue tau informasinya.'

Ucapan Alexa tiba-tiba terlintas di fikirannya.

'Kamu ini harus pintar-pintar Ara, biar tidak ada yang curiga.'

Seketika ucapan tante Sofi teringat kembali difikirannya. Saat dimana Sofi mengucapkan kalimat itu, kalimat yang sulit untuk di mengerti.

Lilin kue ulang tahun perlahan-lahan meleleh, namun Ara masih memegang kue itu. Cewek itu bagai patung yang hanya bisa diam di tempat.

"Ara, bilang sesuatu. Jangan diem aja Ra ...." Arya sangat khawatir pada Ara, apalagi cewek itu hanya diam di dekapannya. Ia juga tidak habis fikir kenapa dirinya sempat menggila. Ia tidak bisa mengontrol emosinya, trauma masa kecil membuat ia tidak sadar.

"Tante sofi ...," Ara bergumam.

Arya melepaskan pelukannya, ia lantas melihat kue ulang tahun yang tampilannya sudah acak-acakan. Ia hampir merebut kue itu, namun suara Ara menghentikan dirinya.

"Arya, dia ...."

Arya berbalik, mengikuti arah tatapan Ara. Disaat itu juga tatapannya menajam, ia tidak suka melihat wanita di depannya ini. Arya sangat membenci wanita itu, sangat!

Arya tiba-tiba terkekeh, suara tawanya terdengar mengerikan. "Dia? Kenapa dengan jalang itu? Ckck."

Ara mendongak, matanya melebar sempurna mendengar ucapan Arya. "Jalang?"

Tangan Arya terkepal, hingga urat-uratnya terlihat jelas. Ia menghampiri kearah Sofi, lantas memegang dagu wanita itu. Tindakan Arya membuat Ara semakin terkejut oleh tingkahnya.

Arya berdecih. "Dasar jalang!"

Hening.

"DIA JALANG RA! ORANG YANG UDAH NGEBUAT BUNDA GUE PERGI!! BRENGSEK!"

Emosinya kembali naik saat beberapa menit yang lalu mereda. Matanya menajam, buku-buku tangannya memutih, urat lehernya tercetak jelas.

Arya menyentak dagu Sofi kasar, matanya menyiratkan bahwa ia sangat membenci wanita di depannya ini.

Prangg!

Kue di tangan Ara terjatuh, dadanya naik turun saat mendengar ucapan Arya. Apa ini? Apa yang sedang terjadi di depannya.

"Tante sofi?" lirih Ara.

Arya berbalik menatap Ara, cowok itu berusaha menahan emosinya. Ia tidak mau sampai melampiaskannya kepada Ara.

"Ara kenapa hm?" Arya berbicara dengan lembut, cowok itu menunduk menatap Ara.

Terjadi keheningan di keduanya, hingga Ara berujar. "Dia tante gue, tante Sofi."

Duarr!

Bagai di sambar petir di siang bolong, hati Arya retak mendengarkan. Cowok itu menggeleng, berusaha mungkin untuk mengelak bahwa yang ia dengar tadi tidak benar.

"Gak! Lo bohong kan Ra? Dia bukan Sofi, tapi Fifi." Arya melangkah mundur, kepalanya masih menggeleng.

Tatapan mereka beradu, air mata Ara mengenang. Ia sangat kecewa pada tante Sofi, orang yang selama ini sangat ia sayangi, orang yang selalu ada disaat kedua orang tuanya lebih mementingkan pekerjaan dari pada dirinya.

ARYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang