ARA kembali ke ruang tengah, mereka semua terlihat menahan tawanya. Bentar-bentar, emang ada yang salah?
"Hahaha, badan lo yang kekecilan atau baju Arya yang udah ganti profesi jadi daster!"
Tawa Darren meledak.
"Lo ganti baju atau betapa?" sindir Regal sinis.
Kayaknya yang paling punya dendam kusumat Regal. Yah, bagaimana gak dendam sama Ara, Regal saja pernah terkena imbas dari kejahilan Ara. Ya, dihukum bu Titin padahal yang salah Ara.
Ara datang dengan wajah cengonya, ia melihat penampilannya sendiri. Memang benar apa yang di katakan Darren. Baju Arya bahkan panjangnya sampai kelutut. Benar-benar sudah kayak orang-orang sawah sekarang.
"Gausah banyak bacot lo! Iri kan belum pernah pake baju Arya. Bajunya wangi! Gak kaya lo semua, bau bawang," ketus Ara duduk di samping Arya.
Arya hampir menyemburkan tawanya, tapi ia hanya memperlihatkan senyuman tipis.
3 cecenguk mengelus dadanya sabar mendengar ucapan Ara, badan wangi gini di bilang bau bawang. Di kampretin baru mampus.
"Ra, lo gak bosen gitu?" tanya Alvion sambil menguap.
Dari tadi hanya menonton televisi, dan itu sangat membosankan.
"Bosen?" Ara menggantungkan ucapannya.
Gadis itu mengangguk. "Jelas gue bosen, apalagi liat muka Regal."
Regal mendelik, dari tadi dia sudah diam. Takut-takut kelepasan melempar bantal sofa kewajah sok polos Ara. Gadis itu memang minta di Headshot ternyata.
"Tenang Ra, gue masih sabar." Regal tersenyum manis.
Ara bergidik melihatnya. "Gak usah senyum-senyum! Kalo dasarnya jelek, ya, jelek!"
Regal mendatarkan ekpresinya, kalo di film-film pasti sekarang kepala Regal sudah berasap.
"Punya dosa apa gue, ketemu kembarannya setan," gumam Regal pelan.
"Diem lo! Kalo gue kembarannya, udah pasti lo setannya!"
Darren dan Alvion hanya bisa tertawa melihat Regal yang selalu di nistain Ara. Dan gadis itu malah sudah sibuk dengan keripik kentangnya.
"Bagaimana kalo gue ajak sahabat gue kesini?" saran Ara.
"Ngapain?" tanya Arya datar.
Ara tersenyum miring. "Kita main Truth or Dare, bagaimana?"
Darren mengangguk setuju. "Menarik!"
"Yaudah, lo kabarin sahabat lo Ra." kata Alvion.
Ara menghentikan pergerakan tangannya saat mengingat sesuatu.
"Dan, Alexa gimana?" ringisnya.
Ardan menaikan alisnya, tatapannya datar. "Dia udah lebih baik, untuk sementara tinggal di rumah gue."
"Jadi Alexa gak ikut kesini?" tanya Regal.
Ardan menatapnya datar. "Lo fikir dengan keadaan dia yang seperti itu, gue bakal biarin Alexa keluar?"
Regal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya, gue kan nanya."
"Gue udah kabarin mereka, bentar lagi kesini." Ara berujar dengan senyuman miringnya.
Kenapa dengan gadis itu?
***
Kini mereka semua sudah duduk melingkar, dengan posisi yang di silangkan. Botol kaca sudah siap berada di tengah-tengah mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA [TERBIT]
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...