Upnya garcep, harusnya klean juga garcep hwhw🤤
***
15 MENIT berlalu, namun, tetap saja belum ada tanda-tanda mata itu terbuka. Bahkan teh hangatnya hampir dingin sekarang. Tadi, Kesya dan bu Tia kembali kekelas, karena harus melanjutkan 1 jam pelajaran. Untung saja, bu Tia mengizinkan dirinya untuk menemani Ara disini.
Arya mengusap rambutnya, bahkan cowok itu sudah melepaskan seragam sekolahnya dan menyisahkan baju hitam polos. Sungguh ia risau, ia tidak bisa tenang melihat kondisi Ara yang seperti sekarang, Arya benar-benar mencemaskannya.
Terkadang Arya merasa aneh pada dirinya sendiri, ia tidak pernah sekhawatir ini dengan lawan jenis. Kecuali bunda, dan Ara cewek kedua yang berhasil membuat dirinya cemas, setelah bundanya.
Wajah Ara tidak pernah lepas dari tatapan Arya, cowok itu dengan setia menunggu Ara, berharap cewek itu akan membuka matanya.
Perlahan namun pasti, mata hitam itu terbuka. Hingga akhirnya tatapan keduanya bertemu, Ara yang masih belum sepenuhnya sadar pun hanya, diam. Yang pertama dia lihat adalah wajah Arya, cowok itu tersenyum tipis kearahnya.
Saat Ara ingin mengalihkan tatapannya, Arya menahan kedua pipinya. Membuat Ara terpaksa menatap kearah Arya.
"Apanya yang sakit hm?" Arya mengoleskan minyak kayu putih di pelipis Ara, dan mengurutnya pelan.
Jujur, Ara menikmati setiap suntuhan Arya. Itu sangat berefek bagi tubuhnya, perlahan rasa pusing itu sedikit mereda. Hembusan nafas terdengar. "Makasih." Ara berujar tanpa senyuman.
Arya mengangguk, tangannya terulur untuk merapikan rambut yang menghalangi mata Ara. Arya berdiri mengambilkan teh hangat, dan memberinya kepada Ara. Dengan malas, Ara menerimanya dan meminum sedikit isi, dalam gelas tersebut.
"Makan ya?" Arya mengambilkan bubur, dan menyuapi Ara dengan penuh perasaan. Meski pertama Ara menggeleng, tapi akhirnya Ara menerima suapannya.
Hingga suapan ketiga Ara menggelengkan kepalanya, cewek itu menutup mulutnya rapat saat Arya kembali ingin menyuapi dirinya.
"Kenapa?"
"Hambar," balas Ara singkat.
Arya menganggukan kepalanya, ia juga tidak ingin terlalu memaksa Ara. "Istirahat ya, jangan sakit lagi. Pacar lo ini gak suka lihatnya."
Arya mengecup dahi Ara, hanya sebentar. Namun, efeknya begitu besar bagi tubuh Ara. Bahkan kini tubuh Ara menegang, seperti ada kupu-kupu berterbangan di perutnya.
Usapan di rambut Ara membuat cewek itu tersadar. "Istirahat, nanti gue panggil Kesya buat nemenin lo disini." entah kenapa suara Arya terdengar sangat lembut di telinganya.
Saat Arya ingin melangkah keluar, Ara memegang pergelangan tangannya. Cewek itu menggelengkan kepala dengan tatapan berharap. "Disini aja, temenin gue."
Arya tersenyum kecil, ia kembali menghampiri Ara. Dan ikut duduk di samping Ara, hingga tatapan keduanya kembali bertemu. Rasanya, Ara ingin menangis saja sekarang.
Arya terlalu baik baginya.
"Kenapa hm? Ada yang sakit lagi?" Arya mengusap pelan pipi Ara, gadis itu tetap menggeleng.
"Jangan tinggalin gue ...," lirih Ara.
Alis Arya berkerut. "Gue gak bakal tinggalin lo Ra, buat dapetin lo itu gak mudah."
Disaat itu juga air mata Ara menetes, jelas itu membuat Arya khawatir. Ia merasa bersalah, apa perkataannya tadi menyakiti hati Ara?
"Hey, jangan nangis." Arya mengusap lembut air mata Ara, namun cewek itu tetap meneteskan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA [TERBIT]
Novela Juvenil[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...