10. INI JADIAN?

177K 18.3K 5.5K
                                        

JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA

SELAMAT MEMBACA

***

KELAS 12 Ipa 1 sedang tegang-tegangnya karena pelajaran matematika sedang berlangsung sekarang. Tapi Ara dengan santainya malah tertidur, padahal di depannya Pak Anas sedang menerangkan materi.

"Okeh anak-anak, ada yang bisa jawab pertanyaan di depan?" tanya Pak Anas sambil menatap kearah semua muridnya.

Matanya menatap tajam kearah salah satu muridnya yang selalu membuat semua guru darah tinggi. Ara dengan santainya tertidur dengan menelungkupkan tangannya.

"DIANDRA STEFFANY!!!" teriak Pak Anas.

"ASTAGHFIRULLAH ANJINGG!!" Ara tergelonjak kaget dari tidurnya. Nyawa yang belum terkumpul itu membuat wajahnya terlihat cengo. Tanpa sadar ia mengumpat membuat pak Anas semakin menatapnya tajam.

"HAHAHAHAHAHAH!"

Para teman sekelasnya menertawakan dirinya. Itu sangat terdengar menyebalkan di telinga Ara.

"Diam semuanya. Ara maju sini. Kerjakan soal yang berada di depan," Pak Anas menatapnya galak. "Kalo bicara di jaga!" lanjut pak Anas tajam.

Ara meneguk salivanya susah, bahkan setiap Pak Anas menerangkan dia tertidur. Melihat angka di depannya saja membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Berharap kepada para sahabatnya untuk menolong dirinya, malah mendapat tatapan mengejek dari mereka.

Gini amat punya sahabat, Batinnya dramatis.

"Saya gak bisa pak." Ara meringis saat melihat tatapan geram dari Pak Anas.

"Makanya setiap pelajaran bapak, jangan tidur. Bapak lihat kamu tertidur setiap pelajaran bapak berlangsung. Bagaimana mau jadi orang pintar kalau begitu terus Ara?" ujar Pak Anas penuh tekanan.

Ara mendengus, Pak Anas kira Ara sebodoh itu kah. Menyebalkan, mentang-mentang dirinya selalu membuat masalah dan tertidur jika pelajaran berlangsung. Bukan berarti dia bodoh, tapi Ara malas saja dengan hal-hal yang menurutnya ribet.

Okeh! hari ini dia akan membuktikan bahwa dirinya lah cucu Albert Einstein.

"Saya bisa pak, kata siapa gak bisa," ujar Ara melangkah kedepan dengan dagu yang di tinggikan angkuh. Dirinya tersenyum miring melihat para teman-teman yang menatapnya tercengang tidak percaya.

"Pasti ujungnya malu-maluin diri sendiri," cibir Regal yang dapat di dengar Ara.

"Wah tai lo, sini maju kalau lo bisa!"

"Ara! Jaga bahasa kamu," tegur Pak Anas.

"Ya saya gak terima dong pak, saya saja belum mencoba malah tuh orang ngledek saya dulu. Katanya usaha tidak akan menghianati hasil kan? Saya mau buktiin bahwa saya bisa ngerjain soal matematika yang jawabannya satu papan tulis."

Pak Anas mendengus lantas memberikan spidolnya kepada Ara yang langsung di sambut gadis itu tanpa berfikir kembali.

Ara meneguk ludahnya saat melihat soal di depannya, semoga kali ini dirinya tidak mempermalukan diri sendiri. Semoga saja. Ara mencoba mengerjakan 1 soal hingga membutuhkan waktu 5 menit membuat semua yang menunggu sampai bosan melihatnya.

"Nah, sudah, pak!" decak Ara kagum sama diri sendiri.

"Etss, tunggu pak, ini ...."

Ara kembali memperhatikan jawabannya takut-takut dia salah lihat, atau salah mengerjakan. Aneh masa jawabannya seperti itu.

ARYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang