46. BERAKHIR

113K 13.6K 4.5K
                                    

46. BERAKHIR

"GAVINNN!!"

Mata Sofi melebar, ia mendorong paksa tubuh Kevin. Dengan cepat ia menghampiri putranya yang terluka karena perbuatan dirinya.

"Enggak, Gavin!" tangan Sofi di penuhin darah saat memegang lengan Gavin yang masih terdapat belati, menancap disana.

Sofi menangis melihat putranya yang terluka karena pebuatannya sendiri. Lagi-lagi ia melukai orang yang ia sayang.

Gavin meringis pelan. "Mama jangan gini, Gavin udah ikhlas ma. Mama juga harus ikhlas." Sofi menganggukan kepalanya, ia mendekap erat putranya ini. Gavin adalah kado terindah dari tuhan dan Sofi tidak akan membiarkan Gavin terluka.

"Maafin mama, tapi mama gak bisa nerima kenyataan ini, Gavin ...," lirihnya sesak.

"Bisa. Gavin bisa, mama juga bisa." Gavin berusaha menyakinkan mamanya, agar tidak kembali melukai orang lain. Ia hanya tidak mau kembali melihat mamanya terluka ataupun orang lain.

"Kenapa kamu disini?" Sofi mendongak menatap wajah Gavin. Putranya terlihat sedang mencabut belati yang masih menancap di lengannya. Darah segar merembes di seragam sekolah Gavin. Cowok itu terlihat meringis, hingga akhirnya kembali menatap mamanya.

"Niatnya Gavin mau bolos, tapi gak sengaja liat mobil mama. Gavin ikutin sampai sini." Gavin menjelaskan dengan suara ringisan.

Gavin mendongak.

"Mama harus ikhlas. Ayah gak bakal suka jika mama gini, mama masih punya Gavin ma. Gavin akan selalu jaga mama." tangis Sofi pecah mendengarnya.

Tangannya terkepal erat, ingin rasanya ia membalas luka masa lalu yang kini masih membekas. Namun, melihat putranya yang terluka karna dirinya membuat ia sakit. Tatapannya beralih kearah Ara yang berada di pangkuan Arya, bahkan Ara juga terluka karena perbuatannya.

Emosi Sofi mereda karena ucapan Gavin, ia melupakan niatnya untuk membunuh Aldo agar balas dendamnya terbalas. Sofi kembali menatap tajam Aldo, giginya bergemelutuk. "Saya gak akan bunuh kamu, tapi saya mau kamu mempertanggung jawabkan kesalahan kamu ke pihak yang berwajib." nadanya sangat datar.

Aldo menghembuskan nafasnya, tidak ada bedanya di penjara ataupun mati duluan. Tapi, jika ia mati di tangan Sofi. Aldo akan mati secara sadis, apalagi tubuhnya kini di penuhi akan luka yang menganga.

Kevin ikut menghembuskan nafasnya lega saat mendengar ucapan Sofi. Lebih baik begitu, dari pada harus ada pertumpahan darah kembali. Tatapannya bertemu dengan Meysa, ia tersenyum miris setelahnya. Lantas beralih kearah Maya, Kevin menghampiri Maya. Bagaimanapun juga, ia masih memiliki rasa untuk Meysa. Meski hanya sedikit, karena Maya telah mengambil hatinya.

"Saya harap semua ini selesai, kejadian seperti ini tidak terulang lagi." Kevin memegang telapak tangan Maya berusaha menguatkan istrinya supaya tidak syok melihat apa yang sedang terjadi.

Meysa tersenyum miris. "Gak nyangka akhirnya gini, Nio ...," gumamnya lirih.

Dapat Ara lihat tatapan Meysa yang menatap teduh kearah papahnya. Entah kenapa hatinya ikut sesak melihat semua ini. Dari mulai tahu alasan tante Sofi mempunyai rencana jahat seperti ini.

Kini Ara tahu, kenapa tante Sofi mengancam Meysa untuk pergi. Itu semua ia lakukan agar rencananya berhasil tanpa ada gangguan dari orang lain. Apalagi saat tahu Arya membenci ayahnya sendiri karena mudah sekali kepincut dengan wanita lain. Itu membuat Sofi gencar untuk cepat-cepat menghabisi Aldo.

Kamar yang kini dipenuhi akan darah, serta isakan. Beberapa sesak melihat kekacauan yang ada. Padahal, masalah terjadi karena masa lalu. Hingga membuat keadaan seperti ini. Banyak yang terluka secara tidak sadar. Luka fisik memang terlihat, tapi nyatanya luka batin yang lebih menyakitkan.

ARYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang