Upnya kecepetan kayaknya ya?➿
***
COWOK itu mengusap keringat yang menetes dari dahinya. Padahal hari masih pagi, tapi seragamnya sudah basah karena keringat. Namun, itu semua tidak mengurangi pesona Arya. Dengan rambut acak-acakan serta kancing baju atas yang terbuka, cowok itu kembali melanjutkan larinya menuju kelas 12 Ipa 1.
Saat sudah sampai di depan pintu 12 Ipa 1, Arya langsung melangkah masuk. Banyak pasang mata yang menatap aneh kearahnya, bagaimana tidak aneh? Penampilan Arya bahkan seperti habis tawuran.
Langkahnya menuju kearah cewek yang sibuk memakan keripik kentangnya dengan santai, cewek itu bahkan menyumpal telinganya dengan headset.
Arya mengatur deru nafasnya, baru ia berjalan mendekat kearah Ara.
"Ara!"
Arya menarik headset milik Ara, saat cewek itu tidak menyaut ucapannya. Ara berdecak kesal dan kembali merebut headset miliknya.
"Apa-apaan sih lo!" sentaknya tajam.
Dahinya berkerut, tidak menyangka akan mendengar jawaban seperti itu dari Ara. Bahkan tatapan Ara sangat datar hari ini.
"Lo kenapa berangkat sendiri? Tadi gue kerumah lo Ra, tapi kata bi Darmi lo udah berangkat." Arya menjelaskan dengan nafas yang terengah-engah. Ia berlari dari parkiran hingga kekelas, untuk memastikan bahwa Ara sudah berada di kelas. Arya sangat cemas saat tahu Ara berangkat tanpa menunggu dirinya.
Alis Ara terangkat, cewek itu berujar acuh. "Gue lagi pengin berangkat sendiri, emang harus sama lo terus gitu?" Ara tersenyum sinis.
Arya menatapnya aneh, tidak biasanya Ara seperti ini. Apa karena kajadian semalam membuat Ara berbicara ketus kepada dirinya.
Apa Ara marah?
"Lo kenapa Ra? Lo marah sama gue?" tanya Arya memastikan.
Kekehan sinis terdengar. "Gue bosen sama lo Ar, lo selalu ngelarang gue ini lah, itu lah. Gue gak bebas, gue juga pengin berangkat sekolah sendiri, pengin pakai motor sendiri. Gak harus setiap hari sama lo kan?"
Arya menggeleng tak percaya. "Lo kenapa? Gak biasanya lo gini Ra," Arya berujar sendu.
Ara mematikan ponselnya, ia menatap datar kearah Arya. "Penjelasan yang tadi kurang jelas?" ketus Ara.
Tatapan mereka bertemu, satunya menatap datar, satunya menatap penuh harap. Mata Arya telihat jelas menyiratkan kesedihan, pandangannya berubah sendu saat melihat tatapan datar Ara.
"Itu gak masuk akal Ra! Lo kenapa sebenarnya?" Arya menatap dalam manik mata hitam itu.
Ara berdecak. "Gue mau lo jauhin gue dulu, bisa?"
Wajah Arya berubah datar, hatinya sesak mendengar ucapan Ara. Sekali lagi ia menatap kearah Ara, tapi cewek itu membuang pandangannya kearah lain. Ara seakan tidak mau menatap kearahnya, bahkan dia berusaha untuk tidak berkontak mata dengan Arya.
"Oke." Arya tersenyum pedih, matanya memancarkan bahwa dirinya kecewa sekarang.
Arya berjalan ketempat duduknya meninggalkan Ara, cowok itu melempar asal tasnya. Tatapan Arya masih tetap menatap kearah Ara, namun kini tatapannya berubah datar. Tangannya terkepal hingga buku-bukunya memutih, Arya tidak mengerti dengan perubahan sifat Ara. Kemarin malam cewek itu masih ceria, tetapi kenapa sekarang Ara meminta dirinya untuk menghindar?
Ara memejamkan matanya, ada rasa sesak di hatinya saat mengucapkan kata itu. Apalagi saat melihat ekspresi kecewa Arya, satu lagi, sudut bibir cowok itu berdarah. Ara yakin, pasti bang Vano yang membuat kondisi Arya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA [TERBIT]
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...