Kamu sangat mirip dengan seseorang, nak.Ucapan bunda Ara, masih terngiang di kepalanya hingga sekarang. Arya sampai sering melamun hanya karena kalimat itu. Ia tidak bisa fokus, kalimat itu selalu terulang dipikirannya bagai kaset rusak.
"Ar, lo udah nemu bukunya belum?"
Ara yang tadi sibuk melihat isi buku seketika mendongak saat tidak mendengar jawaban dari Arya. Alisnya tertaut saat melihat Arya yang melamun, cowok itu bersender di rak buku perpustakaan, dengan salah satu tangannya yang ia masukan kedalam saku, seperti biasa.
"Ar."
Sekali lagi Ara memanggil, namun Arya masih tetap diam.
Ara menghembuskan nafasnya, ia memegang tangan Arya membuat cowok itu tersentak kaget. Ara menatap mata Arya, kenapa mata itu terlihat menyiratkan bahwa Arya sedang tidak baik-baik saja. Arya kenapa sebenarnya? Jujur, Ara lebih suka melihat Arya yang ketus, ataupun menyebalkan.
"Hm?" Arya tersenyum tipis.
Ara tidak suka melihat senyum itu, terlihat jelas bahwa itu senyuman palsu.
"Lo kenapa?" Ara menatap manik hitam itu.
Arya membawa Ara mendekat kearahnya, seperti biasa ia mengusap rambut Ara, untuk menenangkan cewek itu. Padahal, dirinya yang perlu di tenangkan sekarang.
"Gue gak papa Ra. Yaudah, ayo, cari bukunya. Sebelum kena marah sama singa." Arya terkekeh kecil, lantas tangannya mencari buku yang disuruh bu guru untuk mengerjakan tugas kelompok.
Ara menatap aneh kearah Arya. "Lo ngapain nyari disitu?" bagaimana tidak aneh, Arya mencari bukunya di deretan buku sejarah. Sudah pasti tidak akan ketemu.
"Salah?" sialnya! Arya bertanya dengan tampang polosnya.
Ara mengangguk. "Lo gak fokus Ar, mending lo istirahat aja." lantas Ara meninggalkan Arya sendiri, bukan apa-apa, ia hanya sedikit kecewa karena Arya tidak pernah mau menceritakan masalahnya pada Ara.
Arya hanya menatap sendu punggung yang kian lama menghilang, ia menghembuskan nafasnya kasar. Tangan Arya mengacak rambutnya sendiri, lantas ia kembali menyenderkan punggungnya di rak.
***
Pipinya mengembung karena memakan keripik kentang terlalu banyak, Ara kesal sama Arya. Bisa-bisa tuh cowok menghilang, dan membuat dirinya kena marah sama bu guru gara-gara tugasnya belum selesai. Dan, hingga istirahat tuh cowok belum kelihatan batang hidungnya.
"Dasar! Dari dulu gak pernah berhenti buat orang kesel, dia diem aja udah buat gue kesel. Sekarang malah bertingkah! Mana gue yang kena marah, enak aja tuh cowok santai-santai bolos!"
Ara menggerutu dengan mulut yang terisi keripik kentang, cewek itu tidak peduli jika nanti akan tersendak. Satu lagi yang membuat ia kesal. Arya tidak ada, jadi dia terpaksa membeli keripik kentang dengan uangnya sendiri. Padahal kan Arya udah janji, mau beliin keripik kentang setiap hari jika Ara mau jadi pacarnya.
Maksud ia menyuruh Arya istirahat kan, hanya beberapa menit gitu, setengah jam atau berapa. Lah ini, Arya malah menghilang hingga jam istirahat datang.
"Dasar gak pernah berubah! Ngeselin! Sok ganteng! Je—"
"Siapa yang ngeselin hm?"
Ara menghentikan kunyahannya, tubuhnya berbalik slowmo. Dan tepat saat ia berbalik, tatapannya bertemu dengan mata tajam Arya. Ara jadi kikuk sekarang, karena menjelek-jelekan Arya dibelakang cowok itu.
Ara menyengir. "Gaada."
Arya tersenyum geli lantas ikut duduk disamping Ara. Mereka berdua berada di taman belakang sekolah saat ini, bukan berada di kantin. Aslinya Ara ingin bergabung dengan para sahabatnya tadi, namun, suasana kantin yang begitu ramai membuat moodnya kembali turun. Dan kini Ara memutuskan untuk pergi ketaman belakang sekolah, sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA [TERBIT]
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...