18:)
***
COWOK itu masih sibuk menyesap rokok yang ke dua kalinya, asap keluar dari mulut saat ia menghembuskan nafasnya.
"Gue denger-denger si Arya udah jarang ke markas Straatleider Bar," ujar Gary sibuk membuka kulit kacang.
Bara yang tadinya sibuk dengan rokok pun berbalik menatap kearah Gary. Alis cowok itu terangkat, ia terlihat tertarik dengan ucapan Gary tadi.
"Serius lo?" raut wajahnya terlihat sangat senang mendengarnya.
Jaka menyaut. "Gatau, katanya mah gitu. Kayaknya lagi ada masalah tuh anak."
Bara tersenyum miring mendengarnya, ini peluang besar untuk dirinya mengalahkan Arya. Dengan begitu, geng Ervior akan menjadi nomor satu setelah berhasil mengalahkan Straatleider.
"Woy! Bagi ngapa!"
Juna merebut kacang ditangan Gary, cowok itu mendengus kesal karena tindakan Juna. Tatapannya beralih menatap wajah Bara yang kini mengukir senyum miringnya. Terlihat cukup mengerikan kalo saja skill bela diri cowok itu cukup kuat. Kadang Gary sempat heran, bisa-bisanya memilih Bara menjadi ketua Ervior.
Bagaimana Ervior mau maju kalo ketuanya model banyak bacot tapi skill nya rendah?
"Em ... menurut gue itu cukup bagus Bar. Lawan lagi lemah, mempermudah kita buat mengalahkan mereka."
Ternyata bukan hanya ketuanya yang pengecut, hampir semua anggota Ervior hanya berani menyerang saat lawannya sedang lemah.
Bara terkekeh sinis mendengar ucapan Juna, cukup menarik.
"Gue punya ide."
Bara tersenyum devil setelahnya.
***
Ini sudah menjadi hari ke 3 dimana Arya yang lebih banyak diam. Bahkan tidak jarang orang-orang tidak mau mendekati cowok itu, karena aura Arya yang begitu tajam.
Cowok itu bahkan lebih sering membolos dari pada mengikuti pelajaran, seperti halnya sekarang ia diam menyendiri di rooftop saat mata pelajaran sedang berlangsung.
"Mau sampai kapan lo ngejauh dari gue?"
Arya berbalik badan saat mendengar suara yang selalu membuat candu baginya. Matanya bertemu dengan mata hitam Ara, cewek itu berjalan menghampiri dirinya dengan santai tanpa memperdulikan tatapan tajam dari Arya.
"Apa liat-liat?" alis Ara terangkat saat melihat Arya yang menatap intens kearahnya. Ia ikut duduk di samping Arya, tanpa peduli jika Arya tidak menyukai kehadirannya sekalipun.
Andai saja tidak pernah ada masalah, pasti Arya sudah membawa Ara kedalam pelukannya. Ia akan memeluk cewek itu dengan erat, tanpa mau melepaskannya lagi. Tapi, kejadian waktu itu membuat hatinya sangat sakit.
Keduanya sama-sama diam, membuat suasana mendadak hening. Hanya ada suara kicauan burung, serta angin yang berhembus.
Arya menatap kesamping, ia memperhatikan wajah Ara yang kini sedang memejamkan matanya menikmati hembusan angin. Jujur, ia sangat merindukan ocehan cewek itu. Rindu kebawelan Ara yang merengek meminta keripik kentang. Rindu menggoda cewek iti hingga pipinya memerah. Arya rindu semua tentang Ara.
"Maaf." mulutnya berucap namun matanya masih terpejam.
Ara berbalik menyamping, ia menangkap basah Arya yang sedang memperhatikan dirinya. Ara terkekeh kecil saat Arya langsung membuang wajahnya kearah lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA [TERBIT]
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...