"Dari mana saja kamu?!"
Arya menatap dingin kearah ayahnya, ia baru saja pulang setelah mengantarkan Ara kerumahnya. Pulang dengan sudut bibir yang berdarah karna mendapat hadiah bogeman dari abang Ara. Arya tidak mempermasalahkannya, karna luka seperti ini selalu dia dapat saat tawuran. Jadi sudah biasa bagi dirinya.
"Apa urusan anda?" sinis Arya.
Aldo menatap bengis kearah putranya yang selalu membantah ucapannya. "Saya Ayah kamu Arya!" bentak Aldo marah.
Arya menatap kearah meja, terdapat 2 botol minuman. Sudah di pastikan ayahnya kembali mabuk, ayahnya ini tidak pernah berubah. Membuat dirinya semakin membenci sang Ayah.
"Apa peduli anda saya pulang atau tidak? Bukannya jika saya tidak pulang, anda akan senang. Karna bebas bersama jalang itu!" Arya tersenyum sinis.
"Jaga mulut kamu Arya! Dia calon mama kamu!"
"NGGAK! GAK ADA YANG BISA GANTIIN BUNDA SAYA! APALAGI JALANG ITU!" emosi Arya sudah tidak dapat tertahan, tangannya terkepal. Ini yang dia tidak sukai jika pulang kerumah yang dia anggap seperti neraka. Arya lebih suka tinggal di basecamp atau di Apartemennya. Dari pada pulang kerumah, yang hanya ada kenangan menyedihkan.
PLAKK!
Pipinya memanas saat tamparan Aldo mengenai pipinya, membuat sudut bibir Arya kembali mengeluarkan darah. Arya tersenyum miring, bahkan rasanya seperti sudah mati rasa. Dirinya tidak merasakan sakit apapun.
"Tuan Aldo, anda bakal menyesal karna menyiakan bunda saya! Camkan itu!"
Arya naik kelantai 2 menuju kamarnya meninggalkan Ayahnya yang menatap telapak tangannya sendiri. Aldo merasa bersalah karena telah menampar putranya. Tapi rasa marah menyelimuti dirinya saat Arya dengan lancang menyebut calon istrinya dengan sebutan 'jalang'
Arya mengambil bingkai foto yang terdapat dirinya dan sang Bunda yang tersenyum manis. Sudah lama sekali dirinya tidak melihat wajah Bundanya lagi, Arya sangat merindukan Bundanya. Ia ingin bertemu Bundanya kembali.
"Bunda, Arya rindu. Cepat kembali ...."
***
Ara meringis saat melihat tatapan tidak bersahabat dari sang abang. Vano masih menatapnya tajam, membuat bulu kuduknya merinding.
"Ara, jelasin ke abang, kenapa kamu bolos lagi. Dan sekarang sama cowok," tegas Vano datar.
Ara meneguk ludahnya kasar. "Ara tadi dihukum bang, terus Ara males masuk kelas lagi. Jadi Ara bolos aja," jawabnya santai.
"Kenapa sama cowok bolosnya?"
"Arya baik kok, sama Ara!" balas Ara berusaha tenang.
Vano membenarkan letak kemejanya. "Ohh ... namanya Arya?"
Ara meringis mendengar nada sinis dari Vano. "Jangan apa-apain Arya lagi bang, padahal kan Arya gak nyakitin Ara. Tapi malah abang pukul tadi."
Vano menghembuskan nafasnya sabar menghadapi Ara yang selalu menguji kesabarannya. "Abang hanya khawatir sama kamu Ara, abang gak mau kamu kenapa-napa."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA [TERBIT]
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [Tersedia di Gramedia] -Tentang siapa 'Dia' yang sebenarnya- Arya Voorzitter Geralldo. Pemimpin dari sebuah geng bernama Straatleider. Pemilik mata tajam dan paras rupawan. Arya itu seperti cuaca, sulit ditebak. Hid...