39. BINGKAI FOTO

108K 13.5K 3.3K
                                        

39. BINGKAI FOTO

SETELAH kejadian di markas Ervior, Ara memutuskan untuk pulang membersihkan badannya yang sudah bau anyir karena terkena banyak darah. Untung saja, ia memakai mobil. Jadi tidak membuat para pengendara lain curiga. Tentang Regal, cowok itu sudah di urus Ardan. Alexa sudah ia antar kerumah Ardan, untung saja orang tua Ardan sedang tidak ada dirumahnya.

Dan tentang semua kejadian tadi, ia sudah mempercayai Bimo untuk menghilangkan segala bukti-bukti agar tidak meninggalkan jejak. Memang, ia selalu menyerahkan masalah ini kepada Bimo. Kepercayaan papahnya yang akan selalu menyelesaikan semuanya.

Ara membersihkan dirinya di bawah guyuran shower. Wajah cewek itu terlihat sangat tenang, seperti yang ia lakukan tadi bukan masalah besar. Padahal, pulang tadi ia terkena marah oleh Vano. Jelas, abangnya kaget melihat dirinya yang dilumuri banyak darah. Tapi, namanya Ara. Ia tidak akan perduli apa yang menurutnya tidak penting.

Tidak lupa ia menggosok bibirnya, rasanya sangat menjijikan mengingat bibir Gary yang mencium bibirnya. "Najis! Bau jigong!"

Setelah selesai membersihkan diri, Ara tiduran di atas queen sizenya. Kejadian tadi cukup melelahkan bagi dirinya, mungkin ia akan beristirahat sebentar. Dan akan pergi kerumah sakit besok pagi, persetan dengan sekolah. Ara akan membolos, demi menemani Arya dirumah sakit.

Perlahan-lahan matanya terpejam, diiringi dengan dengkuran halus yang terdengar. Ara tertidur dengan tenang, tanpa tahu seseorang yang masuk kedalam kamar yang ia lupa kunci.

"Gadis nakal."

***

Sesuai apa yang Ara rencanakan tadi malam, ia akan membolos sekolah demi menemani Arya dirumah sakit. Pasti cowok itu sendirian sekarang, apalagi Ardan dan lainnya pergi kesekolah. Dan akan menjenguk Arya sepulang sekolah.

Ara membuka lebar pintu kamar Arya. Disana, sosok yang ia rindukan masih memejamkan matanya. Ara menghampiri Arya dengan tangan kosong, ia tidak membawa apa-apa selain ponsel miliknya sendiri. Memangnya mau bawa apa? Buah-buahan? Percuma, orangnya aja masih belum sadar.

"Heh! bangun, lama amat tidurnya," gerutu Ara menghampiri Arya. Cewek itu menatap lamat wajah Arya, wajah yang pucat seperti tidak ada aliran darah yang mengalir.

"Gue gak suka lo gini," Ara bergumam sendiri meski ia tahu tidak akan ada yang menjawab dirinya.

Pandangannya menyapu bersih ruangan bernuasa serba putih, bau obat sangat menyengat di indra penciumannya. Kalo boleh memilih, Ara lebih suka bau darah dari pada bau obat. Menurutnya bau obat sangatlah tidak enak dicium.

Tatapannya kembali kewajah Arya, ia bergulat dengan fikirannya sendiri. Kapan Arya akan bangun? Padahal Ara sudah sangat merindukan ucapan receh cowok itu, tapi berhasil membuat dirinya tersipu malu.

Fikirannya kembali melayang saat kejadian dimana Gary menciumnya, tangannya terkepal. Rasanya ia sangat ingin membunuh cowok itu, tapi tidak apa. Sakit perlahan-lahan lebih menyakitkan bukan?

Ara ragu akan melakukannya, tapi ia harus. Ara gak mau meninggalkan bekas Gary di bibirnya. Tapi? Apa setelah bangun Arya akan marah karna ia mencium cowok itu secara diam-diam saat Arya tidak sadar?

"Gak, gak! Malu gue ...." Ara menggigiti kukunya gugup. Sepertinya cewek itu memang suka menggigit, terutama tutup pulpen saat kecyduk pak Anas.

Padahal Ara bisa saja melakukan hal apapun kepada Arya sekarang. Mumpung hanya dirinya yang bersama dengan Arya dan yang terpenting cowok itu sedang tidak sadar.

"Izin dulu kali ya?" Ara bergumam polos.

Cewek itu menunduk. "Tapi gimana? Telepati gitu?"

ARYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang