44. PERMAINAN

104K 12.6K 1.5K
                                        

44. PERMAINAN

"Lo tau? Ara itu—"

"Psychopath," sela Arya santai tak lupa senyum miringnya.

Wajah Ardan berubah cengo mendengarnya. Dengan santainya Arya bersedekap tak lupa senyum diwajah cowok itu. "Lo tau, gila?!"

Arya mengedikan bahunya acuh, lantas ia mengambil buah apel dan memakannya. Sudah berapa lama ia tidak makan? Perutnya terasa sangat lapar sekarang. "Udah dari lama gue tau. Bahkan saat baru kenal Ara. Ya, dia cewek unik."

Ardan memijat pelipisnya stres, kepalanya mendadak pusing sekarang. Arya tahu bahwa Ara psychopath? Tapi raut wajah cowok itu terlihat biasa saja, tidak ada raut takut ataupun kaget. Atau jangan-jangan?

"Ar, yang gue fikirin gak nyata kan?"

Arya terkekeh devil. "Yang lo fikirin benar kok."

Raut Ardan berubah menegang sekarang, apalagi senyuman devil Arya. Persis seperti saat ia melihat Ara yang hampir menghabisi Bara tempo hari itu. "Lo, psychopath?"

Arya mendelikan matanya. "Bukan, bego! Tapi, gue suka lihat darah. Dan, gue jarang ngerasain sakit fisik Dan. Lo inget saat gue kena tusukan di war? Saat Alven nusuk perut gue, raut gue kelihatan kesakitan gak? Enggak kan?"

Ardan meneguk ludahnya kasar. Yang dibilang Arya benar apa adanya. Cowok itu menolak saat disuruh untuk kerumah sakit dan rautnya sama sekali tidak menunjukan bahwa Arya kesakitan.

"Gini deh, lo pernah ngelukai orang gak?"

Arya terlihat berfikir. "Enggak." ia menggeleng polos.

Ardan menghembusan nafasnya lega.

"Tapi, gue buat dia langsung masuk rumah sakit setelahnya," lanjut Arya santai.

"Goblokk!!"

Arya terkekeh melihat respon Ardan, tumben sekali cowok itu ngerespon. Biasanya akan stay cool tuh muka. Ruangan mendadak hening, Arya kembali memikirkan ucapan Ardan tadi. Apa benar bundanya kesini?

"Lo serius?"

Alis Ardan tertaut bingung, ia saja masih gak habis fikir tentang ucapan Arya tadi. Dan kini ditambah lagi, pertanyaan Arya yang intinya saja ia tidak tahu. "Bunda."

Kepala Ardan mengangguk, kini ia tahu maksud dari ucapan Arya tadi. "Iya, bunda udah ketemu. Ara yang bawa bunda kesini, nemuin lo."

Mata Arya terlihat berbinar mendengarnya, ia jadi ingin cepat-cepat bertemu bunda dan memeluknya erat. "Bagaimana bisa?"

Ardan mengedikan bahunya. "Gue gatau pasti, tapi Alexa bilang. Mereka nemuin bunda lo dibandung. Entah gimana, gue aja gatau rencana mereka berdua."

"Bandung?" gumam Arya pelan.

Kenapa saat ia mencari bunda dibandung, tapi bunda tidak ada. Bandung adalah salah satu tempat yang bunda sukai.

"Lo tahu? Ara udah berhasil mecahin kode itu." wajah Arya terlihat segar, tidak seperti orang yang baru saja bangun dari koma. Kan? Apa yang Ardan bilang, Arya itu kuat. Saat koma dulu, Arya juga seperti ini. Bangun-bangun minta pulang keapartemen.

"Kode yang dari om rido?"

Ardan mengangguk. "Iya, artinya—Kamu: Benci. Saya: Suka—Kemungkinan bunda lo ada di tempat yang lo benci. Ekh bentar ... emang lo gak suka bandung?"

ARYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang