Dulu kehadiranmu adalah obat, sekarang bertemu kamu adalah hal yang paling berat.
•••••
Sudah memakai seragam sekolahnya, Anna menuruni satu persatu tangga dengan semangat. Hari ini adalah hari kedua ia mengikuti ujian dan Anna sudah berjanji untuk bisa mengikuti ujian itu dengan lancar tanpa terhambat karena alasan apapun termasuk perubahan sikap Allan.
Sesampainya di lantai satu mata Anna langsung menangkap Jeremy yang tengah meminum kopinya sambil bercengkrama pada Sera, sedangkan Sera sedang menuangkan nasi goreng di atas piring untuk ketiganya sarapan.
"Pagi semua!" sapa Anna, lalu duduk berhadapan dengan sang ayah.
"Pagi, Honey!" sahut Sera tersenyum cerah.
"Morning juga Snow white!" sambung Jeremy.
"Lagi ngomongin apa nih? Asik banget kayaknya," celetuk Anna pada kedua orang yang telah berjasa pada hidupnya itu.
"Gibahin kamu," canda Jeremy. Anna memanyunkan bibirnya.
"Mau tahu enggak, An?" tanya Sera membuat Anna menoleh cepat.
"Apa tuh, Mi?" tanya Anna antusias.
"Sudahlah Ser, biar aku yang memberitahukannya nanti," sela Jeremy.
Anna mendengus kesal pada ayahnya. "Ih Dady, jangan bikin aku penasaran ya!"
Jeremy tertawa sambil menggeleng. Kemudian suara Sera terdengar, "Dadymu punya pacar, An."
Bola mata Anna terbuka sepenuhnya. Ia mengembangkan senyumnya lebar. "Serius? Dady punya pacar? Sejak kapan? Kok aku enggak dikenalin?"
Helaan nafas Jeremy terdengar saat ia menoleh pada Sera. "Apa aku bilang Ser, anakmu ini sama keponya seperti Mamanya."
Anna dan Sera tertawa mendengar hal itu. "Dady, kenalin dong aku sama pacarnya Dady!" Anna berkata antusias.
"Iya, nanti Dady kenalkan kalian secepatnya."
Senyum Anna masih mengembang. Ia menoleh pada Sera. "Kalau Mami udah punya pacar?"
Uhuk.. uhuk..
Mendengar Sera tersedak sontak hal itu membuat Anna dan juga Jeremy tertawa. "Biasa aja dong Mi, mukanya sampai merah gitu," ledek Anna pada Sera.
"Mami kamu terlalu cantik An, jadi pada insecure semua," goda Jeremy sambil mengerlingkan matanya pada Sera.
"Kalian ini ada-ada aja," sahut Sera tersenyum malu.
Setelah sarapannya habis setengah, Anna segera bangun dari bangkunya. "Anna pamit dulu ya?"
"Sarapan kamu belum habis, An!" tegur Sera.
"Aku udah telat Mi." Anna mencium punggung tangan Sera, lalu beralih pada Jeremy.
Kegiatan itu membuat ayahnya sedikit canggung, karena jelas budayanya berbeda mengingat Jeremy sedari dulu tinggal di luar negeri. Bahkan ayahnya itu masih telihat jelas raut wajah kebule-bulean yang sedikit menurun pada Anna.
Anna berlari keluar rumah. Baru saja membuka pintu gerbang, matanya langsung membelalak melihat siapa yang kini duduk di atas motor tepat di depan gerbang rumahnya dengan wajah tanpa dosa. Raut wajah itu datar dan santai, tapi Anna tahu laki-laki itu tampak kesal.
"Allan? Ngapain kesini?" tanya Anna was-was. Ia melihat ke arah pintu utama rumahnya berharap Jeremy tidak muncul dari sana.
Allan menegakkan tubuhnya di atas motor. "Jemput lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Teen Fiction"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...