08. Dunia Malam

153 20 5
                                    

🌷 REVISED 🌷

Jika mengenalmu tidak ada alasannya, biarkan aku mencintaimu tanpa perlu ada sebabnya.

•••••

Tubuh Allan menegang mendapati perempuan itu memeluknya secara tiba-tiba. Ingin sekali mendorong Anna, tapi mendengar isak tangis Anna membuat Allan mengurungkan niatnya.

Cukup lama Anna menangis, hingga decakkan kesal terdengar membuat isak tangis Anna berhenti. Anna membelalakkan matanya melihat baju Allan yang kini basah oleh air mata. Dengan cepat ia melepas pelukannya.

Allan berbalik dan berjalan ke atas motornya tanpa sepatah katapun. Anna hanya bisa menghapus sisa air mata di wajahnya seraya memandang punggung Allan.

Apa dia marah? Batin Anna bertanya-tanya.

Laki-laki itu menatap Anna sekilas. "Naik atau gue tinggal!"

Kaki Anna melangkah mendekati motor besar Allan. Ia berdiri dengan tangan yang mencengkram roknya. Otak Anna mencoba berpikir apa yang akan dia lakukan. Motor itu lebih tinggi dari yang Anna bayangkan, terlebih kini ia masih memakai rok seragamnya. Lalu bagaimana caranya untuk naik ke atas motor itu?

Allan menoleh ketika sadar perempuan itu hanya diam saja di samping motornya. "Apa?"

"Gue masih--" Perkataan Anna terhenti ketika Allan baru menyadari Anna masih memakai rok seragamnya.

"Shit!"

Tanpa diduga Allan melepas jaket jeans yang melekat di tubuhnya hingga menyisakan kaos hitam lengan pendek. Ia melempar kasar jaket itu hingga mengenai wajah Anna.

"Naik!"

Anna tergelak di tempatnya melihat Allan yang berkali-kali lipat lebih tampan daripada saat di sekolah. Dan ia lebih terkejut melihat Allan dengan sukarela memberikan jaket itu kepadanya. Masa bodo dengan cara kasar Allan memberikannya pada Anna, tapi Anna tahu betapa berartinya jaket ini untuk laki-laki itu.

"Mau sampai kapan lo bengong disitu?"

"I-iya." Anna tersentak. Ia langsung mengikat jaket itu di pinggangnya. "Kenapa lo nolong gue?"

Allan mengedikkan bahunya, tampak tak acuh. "Karena cuma gue yang boleh nyakitin lo."

Harusnya sedari awal Anna sadar, tujuan laki-laki itu adalah menyakitinya. Seharusnya Anna tidak berada di dekat Allan lagi setelah ini.

"Cepat!" sentak Allan.

Alih-alih menurut Anna malah berkata, "Makasih, Al."

Allan memandangnya datar. "Gausah geer. Anggap aja tadi gue enggak tahu kalau cewek itu lo."

Perlahan tangan Anna menerima uluran tangan Allan. Ia menaiki motor besar itu dengan hati-hati sampai Allan menyalakan mesin motornya.

Motor itu melesat pergi, meninggalkan tempat yang menjadi saksi atas ucapan terimakasih Anna untuk seseorang yang berhasil menyelamatkannya malam ini.

•••••

Deruman kencang sebuah motor yang baru saja menampakkan dirinya menarik perhatian beberapa pasang mata yang ada disana.

Melepas helm, Allan menyugarkan rambutnya ke belakang. Banyaknya asap rokok di udara membuat mata Allan menyipit mencari dimana keberadaan teman-temannya. Sangat sulit menemukan keberadaan mereka di antara banyaknya orang yang berjalan. Arena balap liar, adalah tempat favorit Allan.

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang