19. Bianglala

125 14 9
                                    

🌷 REVISED 🌷

Jatuh cinta itu untuk seseorang yang siap terluka, demi kamu aku tak segan melakukannya.

•••••

Langit mulai menggelap. Ada warna jingga kemerahan sisa-sisa cahaya matahari yang kini mulai terbenam. Suara-suara burung pun mulai terdengar terbang di udara memecahkan keheningan kedua insan yang sedang berjalan keluar area pemakaman.

Beberapa menit setelahnya, tidak ada percakapan antara Anna dan Allan, ralat, sedari tadi Allan memang belum membuka suaranya. Anna hanya berjalan di belakang mengikuti langkah kaki Allan menuju motor laki-laki itu.

Tangan Anna tergerak menarik ujung jaket Allan membuat si empu menghentikan gerakan tangannya yang sedang memakai helm.

"Apa?" tanya Allan datar.

"Lo enggak marah kan?" tanya Anna takut-takut.

Allan mengernyit. "Marah kenapa?"

"Karena gue ngomong kayak tadi."

"Gapapa, gue emang bodoh."

Anna melihat Allan heran. "Maksudnya?"

"Enggak ada," tepis Allan cepat. Tubuh tinggi laki-laki itu mulai naik ke atas motor. "Ayo naik! Mau gue tinggal?"

Anna berdesis. "Jahat."

Anna dengan cepat menaiki jok motor belakang Allan. Tangannya masih tetap memegang jok motor di depannya. Enggan memeluk si pemilik motor.

Motor itu melesat cepat meninggalkan area pemakaman. Allan melajukan motornya santai, berjalan di antara beberapa motor pengemudi yang lain.

Matanya sesekali melirik ke arah spion, melihat gadis cantik yang melempar pandangannya pada jalanan di sekeliling mereka. Allan menarik sudut bibirnya. Entah sejak kapan ia mulai menyadari perasaannya pada Anna, berkali-kali pun Allan menyangkalnya ia tetap tidak bisa.

Cahaya lampu jalan serta beberapa pedagang mulai terlihat menerangi gelapnya langit malam. Jarak dari makam ke rumah Anna memang lumayan jauh, mereka harus menempuh beberapa menit dalam perjalanan.

Anna tersentak ketika Allan mulai menambah kecepatan motornya. Ia melihat Allan dari spion, matanya terlihat sangat serius menatap jalanan.

"Allan, kenapa?" teriak Anna di tengah bising kendaraan lain.

"Berisik!"

"Al jangan ngebut-ngebut, gue takut," pinta Anna mulai ketakutan.

"Diam!" bentak Allan. Dia semakin membuat Anna takut.

"Tapi Al--"

"Ada yang ngejar kita bodoh!" potong Allan.

"Hah?" Suara Allan terdengar samar-samar. "Apa, Al?"

"Bisa enggak lo enggak usah lemot kali ini aja, An!"

Anna mengerjapkan matanya, dia mulai menyadari maksud Allan. Kepalanya menoleh ke belakang. Mata Anna tiba-tiba membelalak melihat beberapa motor mengejar mereka.

"Allan, ada yang ngejar kita!"

Allan membuang nafas kasar. Memangnya tadi dia bicara apa?

"Dia siapa, Al?" tanya Anna penasaran.

"Mario."

Merasa pernah mendengar, Anna mengingat kembali nama itu. Ah ya, dia ingat! Malven pernah berkata bahwa Mario adalah dalang di balik kejadian tawuran beberapa hari lalu. Dia Mario--anak Cakrawala juga musuh Allan.

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang