14. Sebuah Rasa

154 16 14
                                    

🌷 REVISED 🌷

Jatuh cinta itu berat, jika jatuh kau harus siap, tidak dicintai kau harus kuat.

••••

"Ayo Bel, cepetan!"

"Iya Anna, sabar." Bella keluar dari dalam tenda terburu-buru. Ia memakai sepatunya dihadapan Anna.

Pagi ini semua murid dari kedua sekolah yang kini camping bersama itu dikumpulkan di tengah lapangan. Setelah Ms. Diana memberi arahan, semua murid dengan cepat mempersiapkan diri setelah susah payah bangun dari tidur mereka.

Anna, dengan cardigan rajut yang melekat di tubuhnya, ia berdiri menunggu Bella tidak sabar. Sudah satu jam yang lalu Anna membangunkan Bella, tapi perempuan itu bisa-bisanya berleha-leha. Hingga Bella terbangun saat suara Ms. Diana kembali terdengar.

"Ayo, An!" Bella berdiri siap.

"Enggak ada yang ketinggalan?"

Bella menepuk dahinya. "Aduh gue lupa, handphone gue ketinggalan di dalam!" Bella kembali masuk ke dalam tenda membuat Anna membuang nafas kasar.

"Ketemu enggak?" tanya Anna mencoba sabar.

"Nah, ketemu!" seru Bella. Perempuan mungil itu akhirnya keluar. "Ayo, An!"

Bella menarik Anna mendekat ke arah lapangan. Disana sudah terlihat ramai. Mereka berjalan ke tempat anak-anak SMA Graviska. Semua orang disana menunggu kedatangan guru-guru yang belum menampakkan batang hidungnya.

"Ya Allah bu, lapar banget dah!" Teriak Haikal. Tubuhnya bergoyang-goyang tidak sabar.

"Lah, lu bukannya udah makan pop mie si Fardan?" tanya Dava pada Haikal.

Haikal dengan cengirannya menatap Dava. "Yailah pop mie doang mana kenyang. Tuh mie bisa jadi segede lidi di perut gue."

"Busung lo!" cela Revan.

"Go food aja lah," ucap Allan. Dirinya bersandar di pohon sebelah mereka.

"Yailah Al, disini mana ada," sahut Revan.

"Kalau bukan ditarik-tarik Ms. Diana gue ogah ikut camping," ucap Sigit. Kali ini mereka semua menyetujui ucapannya.

"Lo bayangin aja, masa cuma karena kita sahabat Kevin dipaksa ikut. Ms. Diana ada-ada aja, kita kan biang keladi yang suka tawuran sama Malven, malah disuruh gabung," cerocos Revan.

"Berisik!" protes Fardan yang sedari tadi hanya diam.

"Dan, sumpah lo makan apa sih? Kok bisa kuat jadi ketos Graviska? Gue sih ogah!" kata Sigit pada Fardan.

"Makan lo!" ketus Fardan.

Disaat teman-temannya saling berbicara hal yang tidak penting, mata Allan bertemu dengan mata coklat Anna yang berdiri cukup jauh di depan sana. Sesaat ia mengingat kejadian semalam. Gadis itu menangis setelah mendengar ceritanya.

Jika bisa dijelaskan, kini pikiran Allan sedang beradu antara mempercayai atau tidak sama sekali. Hati kecilnya berkata bahwa gadis itu tidak bersalah, tapi logikanya selalu mengacau, menutut keadilan atas kepergian Kevin yang bisa saja disebabkan oleh Anna.

"Tau gini, Bella bedakkan dulu," gerutu Bella pada dirinya sendiri.

Anna mengalihkan pandangannya. "Ngapain bedakkan sih?" tanya Anna heran, "Toh nanti juga luntur lagi."

"Kan mau tebar pesona, An. Biar nanti Fardan tuh klepek-klepek sama gue."

"Kebanyakan nonton mermaid sih, pake klepek-klepek segala."

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang