36. Kebohongan

80 11 18
                                    

🌷 REVISED 🌷

Cinta tumbuh karena niat, biarkan aku mencintaimu tanpa syarat meski harus menanam luka hebat.

•••••

Memandang setiap bangunan dari atas rooftop, Allan menghembuskan asap rokok dari mulutnya secara perlahan. Tiba-tiba bayangan wajah Anna yang memandangnya kecewa kembali hinggap di pikirannya.

Setelah kejadian kemarin Allan belum bertemu Anna lagi sampai hari ini. Beberapa pesan yang ia kirimkan tempo hari tidak kunjung dibaca oleh gadis itu, bahkan ponselnya mati dan Allan tahu Anna sengaja mematikannya.

Ingin marah pada dirinya sendiri tapi Allan tidak bisa, mengatakannya pada Anna pun pasti sudah terlambat, ia dekat dengan Agatha jauh sebelum mengenal gadis itu dan Allan tahu mengatakannya pada Anna akan membuat gadis itu bereaksi sama seperti saat ini.

"Ku menangis membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku~"

"Kal, berisik! Lo mau gue santet kayak gimana? Muntah paku?" omel Revan yang duduk di sofa bersama yang lain. Ia memandang Haikal geram.

Haikal menghentikan suaranya. "Kalian sirik ya liat gue senang?"

"Masalahnya senangnya lo tuh bencana buat kita semua," tegur Sigit.

"Bener tuh, lagian lo senang kenapa si?" tanya Revan pada Haikal.

"Arisan gue sama Emil keluar hari ini."

Dava terkejut di tempat. "Sejak kapan lo suka ikut arisan?"

"Sejak Emil nawarin gue ikut arisan online," jawab Haikal santai.

Revan bernafas pasrah. Ia menepuk pundak Sigit di sebelahnya. "Bilangin sama Emil, kalau enggak mau stress kaya kita jangan nawarin dia lagi."

"Pasti si Emil disogok tuh," tuding Dava pada Sigit.

Fardan yang juga berada di antara mereka hanya menggelengkan kepala sebelum kembali fokus pada ponselnya.

Dia bingung punya dosa apa bisa berteman dengan mereka, kok bisa mereka julid pada teman mereka sendiri?

"Haikal, lo sogok cewek gue pakai apaan?" tuduh Sigit. Ia menyipitkan matanya curiga.

"Gue bilang buat jadi mata-mata lo, jadi kalau lo dekat sama cewek langsung gue laporin sama Emil," ancam Haikal sambil memeletkan lidahnya.

Sigit membelalakkan matanya. "Dasar mulut kaleng!"

Revan tertawa puas. "Untung Viona enggak suka ikut gituan, kalau iy--"

"Viona juga bilang suruh awasin lo, Van."

Mata Revan langsung terbuka lebar setelah ia berhenti tertawa. "Apa!"

Kali ini Sigit yang tertawa karena kebodohan Revan, kasian sekali sahabatnya itu bisa bernasib sama dengannya, padahal tadi dia tertawa puas setelah medengar ancaman Haikal.

Dava yang ikut tertawa tiba-tiba berhenti ketika melihat Allan masih diam berdiri di ujung rooftop. "Si Allan kenapa?"

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang