🌷 REVISED 🌷
Aku terlalu takut untuk mengakui, kau seperti senja, indah tapi sementara, ada tapi bukan untuk aku saja.
•••••
Malam ini langit cerah, seolah menggambarkan suasana hati seseorang yang dirasa tidak lagi hampa seperti sebelumnya. Langit menunjukan beberapa bintang dan bulan yang menampakkan dirinya di atas langit sana.
Jam sudah menunjukan pukul 23.30 yang artinya sudah memasuki larut malam. Tapi Allan masih terjaga di balkon kamar Dava. Ada sebuah puntung rokok menyala yang terselip manis di jemari kirinya dan sebuah cardigan di tangan kanan yang sedari tadi ia tatap dengan begitu dalam.
Pikirannya berkelana tentang kejadian hari ini, ketika gadis itu dengan nekat mengobati lukanya yang masih ia rasa cukup perih.
Cardigan gadis itu kini sudah bersih tanpa noda darah. Allan nekat mencucinya tanpa ingin dilihat Dava, karena ia yakin Dava akan bertanya lebih banyak, siapa pemilik cardigan rajut itu jika sahabatnya tahu.
"Brengsek! Lo punya seribu satu cara buat bikin semua orang nyaman ada di dekat lo."
Matanya menerawang jauh ke depan. "Seandainya malam itu lo enggak ngejebak Kevin, mungkin dia enggak bakal meninggal Anna."
Sebuah ingatan kembali muncul. Ingatan itu berhasil menguasai Allan. Ia ditarik paksa untuk kembali mengingat kejadian pahit yang dialami sahabatnya.
FLASHBACK ON!
Suara kedatangan beberapa motor terdengar kencang memasuki sebuah jalan sepi yang dikelilingi pohon-pohon besar di sisinya. Allan dan kelima sahabatnya--Fardan, Dava, Revan, Sigit dan Haikal nekat menerobos kegelapan itu dengan bermodalkan lampu yang ada di motor mereka.
Hingga mata Sigit menyipit ketika melihat sebuah motor di tengah jalan yang terparkir begitu saja. Ia menghentikan laju motornya beberapa meter di belakang motor itu.
Dava dan yang lain mengernyit kebingungan. "Kenapa, Git?"
"Itu motor Kevin kan?" tanya Sigit. Yang lain serta Allan memperhatikan motor tersebut.
Keringat dingin mulai membasahi tubuh mereka ketika menyadari bahwa itu benar motor Kevin. Pikiran negatif pun mulai bermunculan.
"KEVIN!" teriak Revan.
Laki-laki itu turun dari motornya. Kakinya berlari kencang menghampiri tubuh seseorang yang kini tergeletak begitu saja di atas aspal. Revan tersentak melihat banyaknya darah disana. Ia membalikkan tubuh seseorang yang ia temukan di samping motor Kevin.
Allan turun dari motornya, begitu pun yang lain. Mereka hanya bisa diam memperhatikan Revan yang mengguncang tubuh Kevin. Wajah mereka datar, belum tahu ingin bereaksi seperti apa.
Tangan Revan beralih memegang urat nadi sahabatnya. Hingga wajahnya memucat ketika menyadari kehidupan Kevin kini telah selesai. Ia berbalik melihat kelima orang yang menunggu jawabannya.
Dengan berat hati, kepala Revan menggeleng pelan.
Bagai dipukul benda berat, semuanya berlari ke arah Kevin kecuali Allan. Lututnya melemas melihat sahabatnya kini sudah menutup mata. Tangan Allan terkepal hebat, dengan wajah memerah menahan sesak, kini ia sadar telah kehilangan sahabatnya untuk selama-lamanya.
FLASHBACK OFF!
"Lo kok bisa suruh gue anter Anna? Ketemu dimana?" tanya Dava membuyarkan lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...