🌷 REVISED 🌷
Akhir sulit dari kejujuran adalah saat kamu ingin bicara tapi hatimu menolak, saat kamu ingin percaya tapi dunia berkhianat.
•••••
Sepi, hanya duduk sendiri di taman menikmati detik-detik berakhirnya jam istirahat. Bella hanya bisa mengeluarkan air mata tanpa suara, menyalurkan rasa sakit atas karma buruk yang didapatnya.
Sejak hari itu, dimana satu sekolah mengetahui semuanya kini ia benar-benar sendirian, semua orang membencinya, semua yang Anna dapatkan selama ini sekarang berbalik untuknya.
Entah di kelas, di kantin, di koridor atau dimana pun, telinganya selalu memaksa untuk menerima ujaran kebencian semua orang untuknya.
Isak tangis Bella terdengar kencang karena taman belakang tempatnya saat ini begitu sepi, hanya dia yang benar-benar setia berada disana.
Kedua pasang mata Bella tiba-tiba menangkap ujung sepatu seseorang, membuat isak tangisnya mendadak berhenti. Ia mendongak setelah cukup lama mengumpulkan keberanian melihat sosok di depannya.
"Fardan?" lirih Bella tak percaya.
Memberikan sebuah sapu tangan, Fardan masih menatapnya datar.
Bella terkekeh. Suaranya terdengar menyedihkan. "Fardan ngapain disini? Mau nyalahin Bella juga ya?"
"Kenapa ngelakuin itu?"
Kepala Bella menunduk, bukannya menghapus sisa air mata di wajah cantiknya, jari-jari Bella malah meremas sapu tangan Fardan dengan tangan gemetar.
Bella menelan ludahnya. "B-bella cuma pengen bantuin Malven aja."
Jelas Fardan tidak mendengar kebenaran dari jawaban Bella. Ia mendudukan dirinya di samping Bella, belum mau berbicara karena Fardan hanya diam, dia menunggu Bella untuk berkata sejujurnya.
"F-fardan udah makan?" tanya Bella mengalihkan pembicaraan, meski kepalanya masih menunduk.
Fardan kembali menjadi laki-laki dingin yang irit bicara, ia tidak menjawab pertanyaan Bella.
Gadis itu menoleh pada Fardan. "Kalau gitu Bella ke kelas ambil makan siang buat Fardan dulu ya?"
Fardan mencekal tangan Bella. Ia ikut berdiri memandang gadis itu. "Pertaruhkan persahabatan sendiri?"
"Karena bantuin Malven?" lanjut Fardan. Sungguh ucapan Allan waktu itu menghantuinya. "atau gue?"
Hanya mampu terdiam, Bella tidak tahu harus menjawab apa, dia bahkan masih ragu bisa melihat kedua mata Fardan, ia takut Fardan mengetahui semuanya.
Biarlah seperti ini, Bella dibenci dan laki-laki itu belum mau menerimanya asal Fardan tetap baik-baik saja Bella tidak masalah, laki-laki itu tidak perlu tahu segalanya.
Bella lagi-lagi tertawa hambar. "Fardan ini ngomong apa sih?"
"Dimana malam itu?"
"D-di samping Malven," jawab Bella gugup.
"Di samping gue?" tebak Fardan, membuat jantung Bella mencelos seketika.
"Jawab!" tegas Fardan. Ia memandang Bella tajam, melihat gadis itu tak mau membuka suaranya. "Jawab Bella!
"Iya, Bella ada disana, di samping Malven juga di samping Fardan!" ungkap Bella membalas bentakkan Fardan.
Dengan air mata yang mengalir deras di pipinya, Bella mengangkat kepala. "BELLA ENGGAK PENGEN FARDAN KENAPA-KENAPA! BELLA SAYANG SAMA FARDAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...