🌷 REVISED 🌷
Untuk mengenalmu saja rasanya seperti mimpi, mau suka ataupun benci aku cukup tahu diri, kita memang layak disebut langit dan bumi.
•••••
Motor sport berwarna hitam dengan corak hijau memasuki area komplek sepi. Ia menghentikan laju motornya di salah satu rumah dengan pagar hitam yang menjulang cukup tinggi. Rumah itu tidak pernah berubah, bunga-bunga di halaman masih tumbuh segar seperti dulu.
Pergerakan motor membuat kepalanya menengok ke belakang. Perempuan yang sedari tadi bungkam kini sudah turun dari motornya.
"Makasih," ucap perempuan cantik itu.
Malven menarik sudut bibirnya. "Lo masih marah sama gue?"
"Enggak," jawabnya datar.
"Gue minta maaf Anna," sesal Malven.
"Lo enggak salah, hubungan kita emang harus berakhir."
"Bukan soal itu," sela Malven. Anna menautkan alisnya. "Gue tahu apa yang udah terjadi sama lo di sekolah."
Anna terdiam, ia membuang wajahnya ke samping.
"Kalau seandainya ada yang ganggu lo bilang gue, sekalipun itu Allan," ucap Malven.
Ingin rasanya Anna berkata bahwa satu sekolah kini mengganggunya, tapi mulutnya tertutup rapat.
"Gue enggak tahu akhirnya bakal gini, Gue pengen lindungin lo," kata Malven membuat Anna menoleh. "Gue sayang sama lo, An."
"Semua berawal dari kesalahan lo, gara-gara lo gue dibenci semua orang," sindir Anna tajam.
"Gue enggak sengaja."
Anna terkekeh, lalu mengusap wajahnya kasar. "Kalau gitu jangan ganggu gue lagi, gue pengen hidup tenang."
Tubuh Anna berbalik hendak meninggalkan Malven, tapi perkataan laki-laki itu menghentikannya. "Lo salah Anna, gue disini buat lindungin lo, bukan nambah masalah lo."
Tanpa berbalik badan, Anna berkata, "Nyatanya dengan lo jemput gue di sekolah itu memperparah keadaan, Malven."
Anna berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Malven yang terdiam memikirkan semua ucapan perempuan itu. Malven sadar, Anna berhak bahagia, tapi ia takut Anna akan terlibat dalam urusannya dengan Allan, rasa cintanya dengan Anna membuat Malven buta. Ia takut jika Allan akan menyakiti perempuan itu.
Suara bising motor terdengar menjauh, Anna menutup pintu rumahnya.
Hal pertama yang ia lihat adalah Sera yang duduk di meja makan sambil memakan sepotong roti buatannya. Sebelah alis Sera menaik membuat Anna menghampirinya.
Melihat Anna duduk di hadapannya, Sera langsung menatap anaknya penasaran. "Kamu balikan sama Malven?"
"Enggak."
"Bohong," sahut Sera memincingkan matanya.
"Enggak Mi, apa deh!" balas Anna malas. Tangannya mencomot sepotong roti lalu mengoles selai secara asal.
"Dulu nih ya pas Mami sama Dady kamu berantem, Dady juga ngejar-ngejar Mami loh!"
"Oh iya?" Anna menaikkan alisnya tidak minat.
"Iya, kamu mirip sama Mami, Mami kira kamu bukan anak Mami."
Anna melihat Sera kesal. "Mami ih!"
"Balikan sana sama Malven, malas lihat kamu jomblo terus," celetuk Sera tanpa peduli respon anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...