🌷 REVISED 🌷
Satu detik dalam hidup adalah seribu pelajaran di masa depan, hanya tentang bagaimana caramu memandang sesuatu, karena guru terbaik adalah masa lalu.
•••••
Beberapa kali menyalakan lalu mematikan kembali layar ponselnya, tak ada satupun telepon bahkan pesan sebagai jawaban seseorang yang sedang Anna khawatirkan.
Matanya melirik jam dinding di atas sana, pukul 09.45 Wib, itu berarti sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi.
Anna sama sekali tidak mempedulikan betapa gaduh suasana kelas, pikirannya hanya pada Allan, laki-laki itu tidak membalas pesan bahkan mengangkat teleponnya.
Entah sepenting apa urusan Allan, sejak ia meninggalkannya di cafe kemarin tidak ada informasi apapun yang Anna dapatkan tentang laki-laki itu. Pikiran Anna semakin bercabang memaksanya untuk berpikir macam-macam.
"Anna?" panggil Bella membuyarkan lamunannya.
Anna menoleh. "Kenapa, Bel?"
"Ada yang mau gue omongin sama lo," ucap Bella serius.
Anna menoleh ke sebelah kanannya, ternyata bangku itu kosong. Entah sudah berapa lama Anna melamun sampai ia tidak menyadari bahwa Sonya selaku teman sebangkunya kini telah berpindah tempat ke samping Vinaya, pasti gadis itu sedang bergosip dengan temannya.
"Sini duduk!" Anna menepuk bangku Sonya untuk menyuruh Bella.
Setelah duduk, Bella memutar tubuhnya menghadap Anna. "An, gimana kemarin? Lo beneran jalan sama Allan?"
Anna tersenyum sendu. "Iya, kita belajar bareng di cafe."
"Tapi gue dengar dari Fardan, Revan lihat lo dibonceng Malven."
Mendengarnya Anna langsung terdiam, lebih tepatnya ia terkejut karena Bella tahu hal itu. Padahal kemarin sebelum Anna benar-benar menyetujui tawaran Malven ia sudah melihat situasi untuk memastikan bahwa tidak ada satupun anak Graviska yang melihatnya, tapi ternyata Anna salah besar.
"Lo pulang bareng Malven?" tanya Bella lagi.
Anna menarik nafas dan mengangguk. "Kemarin Allan pergi gitu aja dan kebetulan gue ketemu Malven."
"Anna, lo kan tahu Allan sama Malven itu gimana, kenapa lo masih dekat sama mantan lo itu?" tanya Bella. Rasanya sudah lelah jiwa raga memberitahukan sahabatnya itu.
"Gue cuma diantar pulang, Bel."
"Mau diantar pulang atau ngomong sebentar sama aja, An."
Seketika Anna tersadar alasan Allan mendiamkannya sejak kemarin. "Allan enggak balas chat gue, jangan-jangan karena dia tahu?"
Bella ikut membelalakkan matanya. "Bisa jadi!"
"Gue harus ke kelas Allan," ujar Anna bangun dari tempat duduknya.
"Kalau gitu gue ikut!" seru Bella ikut beranjak.
Baru saja mereka ingin berlari meninggalkan kelas suara nyaring milik Sonya menghentikan langkah keduanya. Bukan mereka saja, tapi satu kelas ikut tersentak mendengar suara cempreng itu.
"OH MY GOD!"
"Kenapa lo, Son?" tanya Vinaya.
"Tau, berisik lo!" bentak Bella ikut nyolot.
"Ada yang lihat Bimo enggak?" teriak Sonya. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas.
"Dia enggak masuk," jawab teman sebangku Bimo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Teen Fiction"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...