02. Aldarian Gioregan

222 38 8
                                    

🌷 REVISED 🌷

Sejatinya benci itu bisa menjadi cinta. Air pun tidak munafik untuk mengakui bahwa dia membutuhkan api untuk tetap berguna.

•••••

Rintik hujan menyelimuti kota Bandung di pagi-pagi sekali. Hari ini udara semakin dingin, banyak orang memakai jaket serta masih menggunakan payungnya meski hujan telah berhenti.

Anna mengeratkan cardigan yang melekat di tubuhnya seraya berjalan memasuki halaman sekolah. Ia terus menunduk melihat beberapa genangan air di depannya.

Bel masuk sebentar lagi berbunyi, sekolah sudah tampak ramai karena kedatangan beberapa murid yang berlalu lalang.

Kaki Anna melangkah di koridor melewati siswa-siswi yang ada di depan kelas mereka. Ada yang berbeda hari ini, beberapa pasang mata menatap Anna seolah memang memperhatikannya. Anna memang cukup terkenal, tapi biasanya mereka sering menyapa atau sedikit berbasa basi dengannya, tapi hari ini tidak.

Bisik-bisik pun mulai terdengar. Orang-orang itu melemparkan pandangan sinis ke arahnya. Tidak ada lagi senyum bahkan tatapan hangat semua orang yang biasa menatapnya.

Anna tahu, ini semua terjadi karena postingan yang kemarin ada di instagram. Ia hanya bisa menulikan pendengaran seolah tidak mendengar apapun yang mereka katakan, masalah terbesarnya bukan ini tapi menghadapi Allan.

Ya Tuhan ini masih pagi, sabar Anna.

Seseorang dari arah depan mendorong Anna kencang membuat tubuh Anna sedikit terhuyung ke belakang.

Anna menatap ketiga orang itu. Aurel berdiri di sebelah kanan dengan wajah murka dan tatapan mata yang siap mengulitinya hidup-hidup. Ada Viona yang menatapnya tidak peduli dari sisi kiri. Terakhir ada Agatha yang berdiri di depan Anna. Agatha hanya menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Wajahnya datar, tapi sial perempuan itu masih saja terlihat cantik.

"Mau apa kalian?" tanya Anna menatap ketiga perempuan di depannya ini.

"Wow! Lihat Tha, betapa munafiknya perempuan di depan kita ini," hardik Aurel tertawa sinis.

Anna mengerutkan dahinya. "Maksud lo?"

"Enggak usah sok polos, Anna. Lo itu cuma tikus yang dibodohi sama cinta." Aurel menarik sudut bibirnya. "Gue penasaran, apa ya yang bakal dilakuin Allan sama cewek munafik ini?"

Anna terheran. Apa maksudnya? Apa ini ada kaitannya dengan kemarahan Allan kemarin?

Tapi Aurel pikir dia siapa bisa membuat Anna takut. Anna tahu betul, Aurel cuma perempuan populer yang kebetulan berteman dengan Agatha, dan sialnya perempuan itu sangat terobsesi dengan Allan. Makanya siapapun perempuan yang dekat dengan Allan atau sekedar mendekatinya, Aurel tidak akan tinggal diam.

"Gue akan bikin perhitungan sendiri sama lo!" ancam Aurel.

"Gue salah apa sama kalian?"

Aurel mengampit kedua pipi Anna dan mengarahkan tepat di depan wajahnya. "Salah apa?"

Kuku di tangan Aurel berhasil menyakiti pipi Anna, membuatnya meringis perih.

"Karena gue benci sama lo!" bentak Aurel di depan wajah Anna membuat Anna menutup kedua matanya.

Agatha manarik Aurel hingga Aurel menjauh. "Cukup Aurel!"

Aurel mendengus dan mengikuti ucapan Agatha untuk berhenti. Sejahat apapun Aurel tidak ada yang bisa menandingi Agatha di sekolah ini. Pembully paling sadis di SMA Graviska.

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang