34. Sisi gelap Allan

98 15 16
                                    

🌷 REVISED 🌷

Selama kau tidak bisa menghargai orang yang memperjuangkanmu, sampai kapanpun kau tidak akan menemukan ketulusan di dalam hidupmu.

•••••

Hari ini adalah hari senin, hari yang paling dibenci murid-murid sekolah karena adanya upacara bendera setiap hari itu.

Bukan hanya itu saja, berjemur beberapa menit terkadang sebagian dari mereka bisa merasa di hari senin cuaca serta matahari jauh lebih panas, bisa dibilang lebih jahat dari biasanya.

Anna mengusap bulir keringat yang menetes dari dahinya. Walaupun siswi teladan, Anna tidak munafik untuk ikut mengeluh seperti murid-murid yang lain.

Sudah setengah jam mendengar celotehan Kepala Sekolah di depan sana, rasanya Es Mang Asep jauh lebih menyegarkan untuk sekarang.

"Duh, lama banget sih, lagi absenin populasi dunia apa ya!" protes Bella yang berbaris di depannya.

Anna ikut terkekeh. Dari sekian banyak murid yang berbaris di sebelah Anna, hanya sahabatnya itu yang paling berani berkomentar sejak tadi.

"Pak, inget kepala ya, matahari tuh ada dua!"

"Awas lo, dia dengar langsung di kick dari sekolah," celetuk Anna.

"Bodoamat deh, An. Gue udah pegal nih berdiri disini."

"Tuh Kepala Sekolah emang minta diqurbanin lama-lama!" sahut Sonya di belakang Anna. Saat itu juga perut mereka geli ingin tertawa.

"Ada apa disana?" tanya Pak Fauzan yang berjaga di belakang barisan kelas XI IPA.

Sontak ketiganya panik. Anna, Bella, serta Sonya kembali memandang ke depan, dimana kepala sekolah mereka sudah meletakkan microphone-nya.

Syukurlah, Kepala Sekolahnya itu tidak mau melihat muridnya pingsan massal.

Beberapa menit kemudian akhirnya upacara selesai. Anna serta Bella segera berlari ke dalam kelas. Keduanya duduk di bangku mereka masing-masing.

Anna terus mengipasi dirinya dengan topi yang sejak tadi pagi ia pakai untuk upacara. Meski ada dua buah ac di dalam kelas tapi banyaknya murid yang mulai memasuki kelas semakin membuat ruangan itu sesak.

"Duh, panasnya gila kayak diselingkuhin!" celetuk Bella.

"Kayak punya pacar aja lo!" sahut Anna membuat bibir Bella maju beberapa centi.

"Awas ya kalau gue sama Fardan udah jadian!" ancam Bella, "Ayo ke kantin!"

"Lo aja sana! Gue nitip cappucino mang Asep," ucap Anna. Ia mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dari dalam saku.

"Yah, yaudah deh gue nitip sama si Vivi aja." Bella berlari ke arah Vivi yang sudah berada di ambang pintu.

Anna bukannya lelah untuk pergi ke kantin, hanya saja ia memutuskan untuk tidak pergi ke tempat ramai hari ini, tempat yang memungkinkan Allan dan teman-temannya untuk datang kesana.

Anna sudah memutuskan untuk menghindari Allan, bukan karena tidak ingin bertemu, insiden ciuman di UKS kemarin masih sangat membekas di pikiran Anna.

Sampai detik ini ia tidak percaya bisa melakukan hal itu dengan Allan, parahnya Anna sangat menikmatinya. Tangannya memukul kepalanya sendiri.

Betapa bodohnya Anna kemarin, apa yang dia lakukan membuktikan bahwa gadis polos bukan berarti tak memiliki nafsu, astaga!

"Bimo, sini lo!" teriak Bella mengalihkan perhatian Anna. Sebentar lagi sepertinya akan ada pertengkaran antara dua jelmaan kera itu. "Siapa suruh lo lusa enggak piket, hah?"

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang