🌷 REVISED 🌷
Mencintai saja tidak cukup membuat seseorang bertahan, kau harus belajar melepaskan agar kau tahu rasanya benar-benar dicintai seseorang.
•••••
Baik Anna maupun Allan keduanya berdiri setelah melihat Haikal dan yang lain memasuki pintu rooftop. Mereka semua dibuat tercengang melihat ada Anna disana.
"Eh lagi berduaan toh. Kalian enggak taraktakdung kan disini?" tanya Haikal membuat Allan menatapnya tajam.
"Pikiran lo, suka sama kayak gue," tambah Revan masih terkejut.
Sigit yang kali ini otaknya sedikit lebih berfungsi menghela nafas. "Gue merasa tanda-tanda kebegoan disini."
Anna bangkit menghadap teman-teman Allan. "Maaf ya gue kesini."
"Santai aja kali An, lo kan udah jadi bagian dari kita," ujar Sigit santai.
"Bagian?" tanya Anna tidak mengerti.
"Iya, lo tinggal pilih aja gabung sebagai teman kita atau ceweknya Allan."
Mendadak Anna salah tingkah mendengar ucapan Sigit. Ia tertawa hambar. "Gue bukan ceweknya Allan, jadi gue mau jadi teman kalian aja."
"Allan, Anna minta ditembak tuh!" seru Haikal heboh. Menarik nafas, lagi-lagi Allan memejamkan matanya.
"Sini duduk, betis gue bukan betis badak kayak lo semua!" pinta Sigit yang kini telah duduk di sofa lebih dulu.
"Gue mau ke kelas dulu ya?" pamit Anna. Berada di tengah teman-teman Allan sebenarnya Anna merasa tidak enak.
"Kenapa, An? Lo enggak nyaman ada Haikal?" tanya Dava.
"Lah, kok gue sih anjir!"
"Lo bawa kuman soalnya!" jawab Dava seolah yang dikatakannya benar. Haikal mencebikkan bibirnya.
"Gue masih ada tugas di kelas. Gue duluan ya?" alibi Anna.
Melihat Anna yang terus memaksa akhirnya mereka terpaksa membiarkan gadis itu pergi, tersadar betul bahwa Anna hanya ingin memberi waktu agar mereka bisa kumpul bersama lagi tanpa kehadiran orang asing seperti dirinya, tapi nyatanya mereka benar-benar nyata menerima Anna sebagai teman tanpa gadis itu sadari.
Setelah keenam laki-laki itu duduk di sofa, keadaan hening, tidak ada yang membuka suara, hanya ada lirikan mata Sigit dan Haikal yang sepertinya sibuk melakukan telepati ala mereka berdua.
"Ngapain?" tanya Fardan. Jarang sekali laki-laki es itu mengawali pembicaraan.
"Enggak tau nih enggak jelas, gue mau jadi lemper aja lah!" sahut Sigit. Ia ikut bosan melihat keterdiaman teman-temannya.
"Ayo kita streaming, lihat kimi hime," saran Revan.
"Mending kita main tiktok aja!" sahut Haikal seraya menunjukkan video terbaru di aplikasi itu. "Kimi no toriko ni natte shimaeba kitto, kono natsu wa juujitsu suru no motto."
"Haikal, jangan sampai gue lempar nih dari atas rooftop!" bentak Sigit kesal.
Haikal mengerjapkan matanya tercengang, lalu menoleh pada Fardan yang duduk di sebelahnya. "Fardan, gue salah lagi?"
Tiba-tiba kehadiran seseorang menarik atensi mereka, Geri membuka pintu rooftop dan berlari, ia mengatur deru nafasnya agar kembali teratur.
Matanya melihat Kakak kelas satu tingkat di atasnya ini di depan mata, senangnya karena Geri sudah mencari mereka sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Teen Fiction"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...