🌷 REVISED 🌷
Dari perempuan berhati abu-abu. Untukmu tetaplah berwarna, meski aku tidak pernah bisa memahaminya.
•••••
Mulut yang tampak kaku menunjukan bahwa tidak ada satupun kata dari mulut keduanya yang keluar. Motor itu melesat cepat di jalanan kota Bandung yang hari minggu ini terlihat begitu padat.
Kedua telapak tangan yang masih setia memeluk Allan, sedari tadi dapat Anna rasakan cairan dingin keluar dari sana. Tangan Anna berkeringat. Ingin sekali rasanya agar ia cepat sampai. Jantungnya benar-benar membuat Anna gugup berada di dekat Allan.
Suara derungan motor sport Allan berhenti di depan pagar rumah Anna. Dengan tergesa-gesa Anna turun dari motor besar itu. Allan hampir saja terjatuh jika tidak segera menahan keseimbangan motornya.
"Kenapa?" tanya Allan. Jangan lupakan wajah datar yang selalu ia tampilkan.
"E-enggak." Kepala Anna celangak-celinguk, lalu kembali melihat Allan. "Makasih, Al. Lo boleh pulang."
Allan mengernyitkan dahinya tidak suka. "Lo ngusir gue?"
"Enggak gitu," sahut Anna, "pasti lo capek. Gue juga mau istirahat."
Helaan nafas berat terdengar. Allan menganggukan kepala. "Yaudah."
Melihat Allan ingin memakai helmnya kembali Anna bernafas lega. "Makasih ya."
"Hm."
Dorongan pagar terdengar. Allan menghentikan aktivitasnya, begitupun Anna. Keduanya menoleh kompak. Wanita paruh baya yang masih terlihat sangat muda muncul dari balik pagar rumah Anna. Tangannya memegang sebuah penyiram tanaman.
Sera dibuat terkejut melihat Allan. Matanya tak kunjung mengedip melihat laki-laki yang mengantar anaknya itu pulang. Sera memang sudah mengetahui kedatangan keduanya, makanya dengan cepat ia melangkahkan kakinya menghampiri mereka. Ia tahu Anna pasti akan mengusir Allan karena takut Sera akan melihatnya.
"Siang Tante," sapa Allan. Ia turun dari motornya, kemudian mencium punggung tangan Sera.
"Siang ganteng."
Mata Anna melotot melihat Ibunya. Sera tersenyum ramah pada Allan. "Mami, ih!"
"Kamu bilang dong kalau pacar kamu kemarin tuh ternyata ganteng," ujar Sera menggodanya.
Anna memutar bola matanya. "Dia bukan pacar aku," sanggah Anna.
Tanpa peduli jawaban anaknya, Sera memilih melihat Allan. "Kok enggak mampir dulu?"
"Diusir Anna Tante," jawab Allan. Anna melayangkan tatapan protes ke arahnya.
"Anna!" tegur Sera membuat Anna mendengus kesal. "Mampir dulu yuk!"
"Enggak usah Tante, kasian Anna mau istirahat."
"Anna mah biarin istirahat, kan bisa ngobrol sama Tante."
"Mami, enggak usah genit deh," sela Anna. Ia tidak habis pikir pada Ibunya.
"Tuh lihat, Anna masa cemburu sama Ibunya sendiri," goda Sera pada Allan.
Allan menarik sudut bibirnya. Sampai sini saja ia sudah mengetahui hubungan Sera dan Anna sangat dekat. Sama seperti hubungan ibu dan anak di luar sana, Sera telihat menjadi Ibu yang sangat menyenangkan. Sikapnya ramah dan penuh canda tawa. Yang pasti wajahnya cantik, sama kayak anaknya.
"Tante?" panggil Allan. Sera kembali fokus padanya.
"Iya ganteng?"
"Bilangin anaknya, jangan lupa istirahat," ucap Allan. Wajahnya datar menatap Anna yang balas menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...