22. Pelaku?

171 17 10
                                    

🌷 REVISED 🌷

Kamu dan aku adalah sebuah kesalahan. Tapi berterima kasih lah, karena kita adalah kesalahan manis yang berhasil takdir pertemukan.

•••••

Mendengar bel istirahat berbunyi semua anak osis mulai berjalan keluar ruangan. Rapat osis baru saja selesai tepat saat bel istirahat berbunyi, membuat semua anak osis akhirnya bisa bernafas lega.

Dengan setumpuk kertas di tangan ia melewati koridor sekolah yang siang ini dirasa berkali lipat lebih ramai dari biasanya.

Tatapan sinis itu seakan tidak pernah menghilang. Ia tidak tahu sampai kapan mimpi buruk ini akan selesai, tapi satu hal yang bisa menguatkannya, terkadang kenyataan lebih buruk daripada mimpi itu sendiri.

Bisikan-bisikan tajam mulai masuk ke dalam indra pendengaran Anna. Cengkraman pada tumpukan kertas yang ada di tangannya ia peluk semakin erat. Anna menutup matanya berharap hal itu bisa sedikit menahan rasa emosi yang siap untuk ia keluarkan.

"Ternyata benar ya, muka boleh cantik tapi kalau hatinya busuk buat apa."

"Nyesel pernah pengen jadi dia, cantik sih, sayangnya munafik."

"Duh, kok masih ada yang cewek kayak gitu, malu-maluin gue aja sebagai bangsa perempuan."

"Dibayar berapa tuh bisa dekat sama cowok ganteng pentolan sekolah."

"Eh awas! Bau-bau cewek murahan lewat!"

Bibirnya yang selama ini bungkam mulai bisa digerakkan. Anna menghentikan langkah kakinya dan mulai menatap siswa-siswi yang ada di koridor itu.

"Jaga ucapan kalian!" bentak Anna.

"Ups, lo kesindir ya?"

"Gue salah apa sama kalian? Selama ini gue diam, tapi bukan berarti kalian bisa menghakimi gue di sekolah gue sendiri."

"Apa? Sekolah lo?" ucap seseorang. Semuanya mengalihkan pandangan ke arah dimana seorang perempuan baru saja datang, termasuk Anna. "Mimpi! SMA Graviska enggak pantes nerima cewek murahan kayak lo, menjijikan!"

Mata Anna menyipit. Dadanya mendadak bergemuruh mengingat perlakuan perempuan itu kemarin. "Aurel?"

"An, gue enggak nyangka lo kayak gitu," ujar Sonya sebagai salah satu dari mereka.

"Ma-maksud lo?" tanya Anna tidak mengerti.

Beberapa lembar foto terlempar secara kasar di depan wajah Anna. Siapa lagi pelakunya jika bukan Aurel. Dia sengaja berdiri di depan Anna, dengan wajah yang ditinggikan, menunjukan pada dunia bahwa kali ini dia menang.

Mengambil beberapa lembar foto yang berserakan di atas lantai. Anna melihatnya tak percaya. Semua foto-foto yang Aurel berikan adalah foto-foto dirinya bersama Malven beberapa hari ini. Dimulai saat Malven menemuinya di halte bis, Malven yang mengantarnya pulang, bahkan ada foto mereka saat camping beberapa hari lalu.

"Kenapa bisa?" lirih Anna. Ia masih memandang foto-foto itu.

"Ya bisalah," balas Aurel. Sudut bibirnya tertarik. Ia mendekatkan dirinya pada Anna, lalu berbisik, "Apa sih yang enggak bisa gue lakuin buat ngancurin lo."

Anna membalas tatapan Aurel. Gadis itu tidak pernah menyangka bahwa Aurel akan selicik ini untuk menghancurkannya. Sekarang saja Aurel masih bisa menyeringai ke arah Anna, setelah berhasil memfitnah gadis itu. Benar-benar perempuan jahanam.

"Anna, lo sebenarnya mau sama Allan atau Malven sih? Murahan banget lo!" bentak Siswi yang lain.

"Ini enggak kayak gitu, ini fot--"

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang