27. Janji Dalam Luka

124 17 12
                                    

🌷 REVISED 🌷

Jika sakit saja bisa sesederhana memakan permen manis, lantas janji semanis apa yang kau harapkan tidak akan membuatmu menangis?

•••••

"Shh, sakit Al?" ringis Anna. Tangannya belum berhenti bergerak mengobati luka Allan.

"Enggak." Allan masih setia menatap wajah cantik gadis itu. Siapa sangka, memandang Anna akan menjadi hobby Allan selanjutnya.

"Tapi lukanya parah."

"Gue udah biasa," sahut Allan. Dia yang luka tapi kenapa Anna yang merasakan sakitnya?

"Ambyar udah hati gue!" Histeris Revan memperhatikan keduanya.

"Tolong ya kita disini tuh manusia bukan makhluk halus!" protes Dava. Jujur hatinya meronta-ronta melihat Allan dan Anna.

"Lah, lo bukannya titisan babi ngepet, Dav?" celetuk Haikal polos.

"Sialan ya lo! Mau gue kirim ke neraka?"

"Shh, sadis!" ringis Haikal. Ia menggaruk tekuknya tidak gatal.

"Vio obatin gue dong," pinta Revan memelas pada Viona yang duduk di sampingnya.

"Ogah, malas gue sama lo!" sahut Viona. Perempuan itu bersedekap dada.

"Astaga, salah apa lagi gue?"

"Salah lo banyak Revan!" bentak Viona kesal. "Mana janji lo mau antar gue ke sekolah? Gara-gara nunggu lo gue dihukum sama Pak Fauzan karena terlambat."

"Ya sorry, abisnya si--"

"Siapa lagi? Pacar lo yang ke berapa sekarang?" cerocos Viona memotong ucapan Revan.

Laki-laki itu menelan salivanya. "Jangan galak-galak dong!"

"Gue benar-benar muak sama lo, Van!"

Viona beranjak pergi keluar kantin dengan segala macam kekesalan yang menumpuk di dadanya. Bagaimana tidak kesal, satu jam ia telah menunggu Revan menjemputnya sesuai dengan ucapan laki-laki itu tapi dengan brengseknya Revan malah mengantar wanita lain.

"Keterlaluan!" cetus Fardan yang sedang mengompres luka lebam di pipinya.

"Tahu lo! Padahal gue lihat Viona udah coba ngerespon lo tapi lo enggak pernah berubah, Van!" timpal Sigit. Untung saja ada Emil yang sedang mengobati lukanya, jika tidak bisa dipastikan tangannya melayang ke kepala Revan.

"Viona itu pacarnya Revan?" tanya Anna pada teman-teman Allan.

"Iy--"

"Bukan!" sergah semua yang ada di meja itu. Revan membuang nafas kasar.

"Viona mana mau sama dia, playboy karatan gitu," cela Sigit melirik Revan sinis.

"Tapi kok keliatannya Viona suka ya sama Revan?" pendapat Anna. Dia perempuan jelas lebih peka daripada laki-laki, bukan begitu?

"Beneran, An?" Wajah Revan berbinar mendengarnya.

"Iya."

"Coba aja lo enggak jadi playboy gue yakin lo udah dapetin hati Viona. Jaman sekarang mana mau sih cewek jadi pacar yang ke sekian?" celetuk Dava mematahkan semangat Revan.

"Dava love you!" Haikal memberikan ciuman jarak jauh pada Dava membuat doi bergidik ngeri.

Revan terdiam menatap meja kantin di depannya. Dia sendiri bingung bagaimana perasaannya pada Viona. Dulu Revan mengira ia benar-benar menyukai Emil, tapi nyatanya perasaannya tidak jauh berbeda untuk wanita lain.

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang