04. Maaf

193 34 10
                                    

🌷 REVISED 🌷

Untuk semua hal yang tidak bisa berjalan sempurna, untuk kesalahan yang tidak di sengaja, dan untuk pertemuan yang berakhir cinta, maaf jika semesta memang suka bercanda.

•••••

Hal yang paling menyenangkan bagi murid-murid yang masih duduk di bangku sekolah adalah libur panjang, bel pulang sekolah dan jam istirahat. Satu lagi yang tidak bisa ditepis dari kebahagiaan para siswa-siswi SMA Graviska, betapa beruntungnya mereka ketika mendapatkan jam kosong di kelasnya.

Kegiatan itu benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh anak kelas XI IPS 1. Semua orang di dalamnya menyusun dengan apik kegiatan itu agar bisa dinikmati dengan maksimal.

Tidak peduli suara bising yang akan menganggu kelas lain, tidak peduli jika mendapatkan hukuman dari guru BK jika masuk ke dalam kelas mereka, dan tidak peduli sama sekali dengan tugas yang diberikan oleh sang ketua kelas.

Rama sudah pasrah menyuruh teman-temannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh salah satu guru piket kepadanya. Bahkan saat ini laki-laki itu malah asik bermain mobile legend karena mendengar ucapan Sigit.

"Ram sampai lo melahirkan, anak-anak enggak bakal dengerin lo. Mending sini mabar sama gue!"

Beralih dari Rama yang kini asik bermain game online di pojokan bersama Sigit dan Dava, Revan malah asik duduk memperhatikan bendahara kelas cantiknya yang sibuk menyalin catatan kas ke dalam buku.

"Cantik, masih banyak nyalinnya?"

Emil meletakan pensil di atas meja dengan kasar. Ia menatap Revan sengit. "Lo bisa diam enggak? Pergi lo!"

"Lo ngusir gue?" Revan menunjuk dirinya sendiri. "Ah gue tahu, lo salting kan di dekat gue?"

"REVAN!" bentak Emil. Wajahnya memerah menahan kesal.

"Eh iyaiya." Revan menampilkan deretan giginya.

"Lo. Pergi. Dari. Sini. Atau--"

"Atau apa?"

"Atau lo bakal dikembaliin ke dalam rahim!" teriak Haikal di sebelah Allan. Laki-laki itu tertawa terbahak-bahak.

"Ulah gandeng sia teh!" omel Revan menatapnya garang.

"Emil jangan mau sama dia, Revan jarang mandi," adu Haikal puas.

Emil menatap Revan lalu berkata, "Lo jarang mandi?"

"Enggak!" tegas Revan menatap Haikal yang tertawa puas.

Kaki Revan melangkah cepat ke arah Haikal. Dia mempiting leher Haikal dengan tangannya hingga membuat Haikal kesulitan bernafas. "Dava sayang tolongin gue!"

"Berisik!" balas Dava enggan menoleh.

"Dava tolong!"

Dava mendecak kesal, matanya menoleh malas. "Revan bunuh aja udah, nyeselin banget emang bocahnya!"

"Huaa, jahat lo semua!" Haikal beralih menatap laki-laki yang menelungkupkan kepalanya di atas meja. "Allan tolongin gue Allan, gue mau dibunuh Revan!"

Allan mengangkat kepalanya. "Lo pada bisa diam enggak!"

Revan langsung melepas Haikal ketika melihat wajah galak Allan. "Eh pak ketu udah bangun."

Enggan menjawab Allan menatapnya tajam. Ia yang sedari tadi hanya diam menelungkup kepalanya di atas meja jelas merasa terganggu. Disaat yang lain sibuk memanfaatkan jam kosong itu Allan lebih memilih tidur di dalam kelas seolah tidak ingin diganggu siapapun.

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang