Jangan menyerah jika belum lelah, terkadang bertahan pada rasa sakit lebih baik daripada menyesal tanpa bisa terulang.
•••••
Suasana pesta ulang tahun Bella sudah sangat ramai pada pukul 19.30 Wib. Segelintir orang datang dengan kotak kado beraneka macam, dari yang bentuknya kecil maupun besar, atau yang dibungkus rapih maupun secara asal.
Tidak ada jas seperti acara formal, mereka hanya menggunakan pakaian santai, sedangkan untuk perempuannya hanya menggunakan dress casual berwarna hitam-putih sesuai dresscode acara yang dipilih Bella.
Allan dan teman-temannya duduk di bangku samping kolam renang dimana letaknya tidak jauh dari kue ulang tahun yang akan menjadi pusatnya nanti saat acara dimulai. Allan sibuk sendiri memandangi salah satu selfie Anna di handphonenya, ia tidak sabar menunggu gadis itu datang.
"Wah, siapa tuh yang vn?" pekik Revan sambil mendekat karena penasaran.
Dava beringsut menjauh. "Jangan dekat-dekat, lo gay!"
"Gay gigi lo nungging! Kalau gue gay terus mantan-mantan gue semua berjenggot gitu?"
"Jena!" teriak Haikal, ketika matanya tidak sengaja melihat kontak yang sejak tadi asik bertukar pesan pada Dava.
Si empu yang tertangkap basah mulai gelagapan. "Jena siapa?"
"Itu kontak Jena kan? Ada rambut, mata, hidung, mulut, telinga," terang Haikal pada Dava.
Dava menghembuskan nafas kasar. "Gue juga punya kali, dasar meganthropus erectus!"
"Jangan bilang lo balikan, Dav? Hati-hati lo, yang namanya balik nanti bakal kebalik," tegur Revan ngaur.
"Nyenyenye! Viona mana nih?" Dava mengalihkan pembicaraan sambil berpura-pura mencari keberadaan Viona.
"Tuh lagi nunggu gue di pelaminan." Revan tertawa percaya diri. "Gapapa lah, bisa nyari pacar semalam mumpung Viona enggak datang."
"Masih aja lo enggak takut azab," sahut Allan. Sesekali ia meminum sirup di tangannya.
"Peace, Al." Revan mengangkat jarinya sambil nyengir, lalu kembali pada Dava. "Itu Jena vn apa?"
"Kepo lo kayak dora!" sembur Dava.
"Katanya suara cowok di telefon bikin meleleh, tapi kenapa ya suara gue kalau vn mirip beruang?" tanya Haikal terheran-heran.
"Lidah lo encok kali!" balas Revan sambil tertawa.
"Urutin dong, Van."
"Sini gue urut pakai minyak cap gentong!"
"Ada apa nih kumpul-kumpul? Gibahin gue ya?" celetuk Sigit. Ia baru saja datang bersama Emil di sampingnya.
"Kuping peka banget kayak putri malu," ujar Haikal pada Sigit.
"Eh Emil, kuproy komplek bisa cakep juga ya malam ini?" ledek Revan mendapat tatapan tajam dari Emil.
"Diam lo, Van! Biarin gue jadi ciderella malam ini."
"Iya deh Mil asal lo mau dansa sama gue, gimana?" Revan menaik-turunkan kedua alisnya.
Plakk!!!
"Mau gue hajar lo!" seru Sigit setelah memukul belakang kepala Revan.
Revan mengusap kepalanya sambil meringis. "Satpamnya galak. Tunggu Git, cinta ditolak semar mesem bertindak."
"Jangan rusak yang bukan rusuk kau!" kata Sigit. Baik Allan, Revan, Haikal, dan Fardan bertepuk tangan heboh.
"Mantab bung, berarti Emil rusuk lo dong?" Revan mengacungkan kedua jempolnya ke depan wajah Sigit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Teen Fiction"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...