20. Cinta abu-abu

124 15 5
                                    

🌷 REVISED 🌷

Cinta tak pernah salah untuk memilih, tak pernah meminta untuk dipilih.
Cinta itu sebuah rasa yang tidak ada ujungnya, manis jika kau rasa, pahit jika kau terluka.

•••••

"Mami aku berangkat dulu ya!" teriak Anna menutup pintu utama rumahnya.

"Hati-hati, Honey!" seru Sera dari dalam rumah.

Setelah memastikan pintu tertutup rapat, Anna melangkahkan kakinya ke arah gerbang. Pagi ini cuaca cerah, persis seperti mood-nya. Dia mendapat kabar kalau sebentar lagi Jeremy akan berkunjung ke Indonesia, Ah Anna sangat menunggu hari itu.

Anna membuka gerbang rumahnya. Tubuhnya tersentak mendapati sepasang netra abu-abu menatapnya tajam dari atas motor. Wajahnya terlihat kesal menatap Anna yang terkejut di depan pagar.

"Lama! Lo enggak tahu, matahari tuh panas?"

"A-allan?" lirih Anna masih membeku. Dia tidak percaya melihat Allan di depan pagar rumahnya. "L-lo ngapain?"

"Berjemur!" jawab Allan ngaur. "Ya nungguin lo lah!"

"Buat?"

"Berangkat bareng," sahut Allan acuh tak acuh. "Lo lupa semalam gue chat lo?"

Dahi Anna berkerut. Dia tidak mengerti apa maksud Allan. Anna mengambil ponselnya dari dalam saku, lalu membuka salah satu aplikasi chatting online di handphonenya. Ada beberapa pesan masuk dari grup kelas, Bella, serta satu nomor yang tidak Anna kenal. Itu pasti nomor Allan.

"Dapat darimana, Al?"

"Bimo," sahut Allan datar.

Anna dan Bimo tidak pernah bertukar nomor telepon, dia yakin Allan mengambil nomornya secara sengaja dari grup kelas.

"Pake!" Allan memberikan helm ke hadapan Anna.

"Tapi Al--"

"Bawel, buruan!" pinta Allan. Tangannya bergerak menyalakan mesin motor.

"Ini baru jam setengah tujuh, biasanya juga lo datang jam setengah delapan."

"Gue mau nongkrong di BWS, makanya lo cepetan!"

Anna menggelengkan kepala heran. Allan mau bolos lagi?

"Iyaiya sebentar." Anna memasang helm yang diberikan Allan.

Tubuh Anna menaiki motor Allan secara perlahan. Motor itu melesat cepat menuju SMA Graviska dengan knalpot motor Allan yang mengeluarkan suara kencang.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara. Anna masih merasa canggung setelah kejadian dimana Allan dan dirinya berada di atas bianglala semalam. Semua ucapan laki-laki itu sebenarnya membuat Anna belum siap bertemu lagi dengannya.

Motor Allan berhenti di depan perempatan jalan. Lampu berwarna merah terhitung begitu lambat, membuat antrian kendaraan semakin banyak.

Allan melirik Anna dari balik spion. "Kenapa?"

Anna tersentak. Kepalanya menoleh cepat. "Hah?"

"Enggak."

Anna menghembuskan nafasnya. "Nanti turunin gue di warung samping sekolah ya?"

"Apa?" tanya Allan sedikit berteriak.

"Nanti--"

"Iya, gue turunin lo di parkiran." Allan menarik pedal gasnya ketika lampu berubah warna hijau.

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang