07. Pelukan

165 28 4
                                    

🌷 REVISED 🌷

Maaf jika salah mengartikan. Aku hanya merasa nyaman, semoga tidak menjadi sebuah perasaan.

•••••

Berjalan santai ke arah kantin dengan wajah datar membuat Allan terlihat semakin tampan. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku melewati beberapa siswi yang memandangnya di koridor tadi.

Allan menghampiri kelima temannya. Ia tidak melihat siswa-siswi lain di meja pojok bersama sahabat tidak warasnya itu. Hanya ada teman-temannya yang sedang antusias mencomot cireng yang baru dibeli Revan.

"Beli lah jangan kaya orang susah," celetuk Allan ketika duduk di sebelah Dava.

"Gue mah orang susah," ucap Dava. Allan menatapnya bingung. "susah cari pacar," sambungnya sambil terkekeh.

Sigit menghembuskan nafasnya. "Jelek sih lo."

"Dia enggak jelek Git," sahut Revan, membuat Sigit menaikkan sebelah alisnya.

"Terus?"

"Buruk," sela Revan tertawa terbahak-bahak. Dasar mulut sambal, ucapannya pedas sekali.

Untung saja wajah Dava memang tidak bisa dibilang jelek, jadi ia tidak tersinggung. "Yang penting gue tulus."

"Kata siapa?" tanya Fardan ikut menimbrung.

"Kata gue. Buktinya gue enggak kaya nih anak satu." Dava menunjuk Revan yang langsung berwajah masam.

"Itu adalah bentuk rasa syukur gue. Kalau muka ganteng tapi enggak ada hasilnya percuma. Iya enggak, Al?"

"Enggak."

"Mampus!" teriak Dava tertawa puas, yang lain pun jadi ikut tertawa.

"Eh, Al darimana lo?" tanya Sigit, seraya mengunyah cireng Revan yang tersisa satu.

"Bertapa," sahut Allan asal. Semua menatapnya kesal.

"Serius anjir."

"Enggak usah serius-serius nanti ditinggalin," sahut Revan membuat semua menatapnya takjub.

"Udah pesan makan?" tanya Allan, menatap teman-temannya.

"Asu, kayak lagi merhatiin anak perawan aja lo nanyain kita makan," kata Dava.

"Bukan gitu anjir, Allan pasti mau traktir kita." Haikal menatap Allan dengan puppy eyesnya. Sumpah menjijikan sekali di mata Allan.

Laki-laki itu memutar kedua bola matanya. Tangannya terulur mengambil dompet di saku belakang, tapi gerakannya terhenti ketika menyadari sesuatu saat menatap Fardan.

"Kita beneran bakal camping sama Cakrawala?" tanya Allan pada Fardan.

"Iya," balasnya singkat.

"Dan, jadi ketua osis SMA cakrawala yang waktu itu dipukul Allan buat ini?" tanya Sigit.

"Hm," deheman singkat seorang Fardan.

"Astaga Allan! Camping sama Cakrawala, Al!" seru Haikal, tiba-tiba panik di depan Allan.

"Muka lo biasa aja." Revan meraup wajah Haikal dengan tangan membuat cowok itu mendelikkan matanya.

"Tangan lo bau cireng." Mendengarnya Revan mendengus.

"Jadi gimana, Al?" tanya Sigit pada Allan.

Tampak santai, Allan hanya melihat Sigit sekilas. "Tunggu aja. Kalau mereka cari gara-gara kita serang balik."

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang