🌷 REVISED 🌷
Sejauh apapun bintang dia tetap ditunggu untuk datang, sehilang apapun bulan dia tetap bertahan, karena bumi tahu dia tidak ingin sendirian.
•••••
Jika kalian menyukai jam kosong saat di sekolah berbeda sekali dengan gadis yang satu ini, bukan hanya uang sekolahnya yang terbuang sia-sia tapi karena ia bingung harus berbuat apa.
Teman-temannya yang lain begitu asik mengobrol, bercanda bahkan menari dan menyanyi, sedangkan Anna, hidupnya terlalu membosankan untuk ukuran anak SMA.
Membolak-balikan novel di tangannya, Anna mencoba bersikap tak acuh atas kegaduhan yang ada di kelasnya.
Entah sudah yang keberapa kalinya ia membaca novel yang sama, hanya novel itu yang tertinggal di loker meja, untuk ke perpustakaan pun sesampainya disana mungkin Anna sudah tidak selera membaca.
"Bimo balikin tas gue!" teriak Bella di depan kelas seraya bertolak pinggang.
"Ambil sendiri dong, masa udah SMA tapi badan kayak daun keriput gitu," ledek Bimo di ujung kelas.
"Apa lo bilang? Daun keriput?" murka Bella. Anna bisa merasa sebentar lagi perang ketiga akan dimulai di kelasnya. "Sini lo gue hajar!"
"Enggak takut, wle!" Bimo berlarian menghindari Bella.
"Bimo, gue bilangin Fardan lo ya!"
"Bilangin sana! Kalau sama Pangeran Elsa itu gue enggak bakal setakut sama Allan," tantang Bimo pada Bella.
"What? Pangeran Elsa? Enak aja lo bilang bebep honey gue Pangeran Elsa, lo kali tuh pangeran kodok!" sewot Bella.
"Kalau gue pangeran kodok lo berudunya," timpal Bimo membuat Anna menghela nafas.
"Ih, nyebelin lo! Untung aja si nenek sihir enggak masuk, kalau ada udah migrain gue ngadepin pasangan makhluk halus ini," keluh Bella, yang dimaksud adalah Sonya. Ia melihat Anna dengan puppy eyesnya. "Anna bantuin!"
Anna menoleh sebentar sebelum menggeleng. Tidak peduli Bella sahabatnya atau tidak, perempuan itu tetap saja ikut membuat telinga Anna panas karena suara cemprengnya.
"Anna!" teriak Bella memaksa.
Menutup novelnya kasar, Anna memincingkan matanya tajam. "Bimo, balikin tasnya Bella!"
"Duh, Bu Ketu mending baca buku aja sana, belajar jadi pacar yang baik buat Allan," ujar Bimo mengundang kekehan teman-teman sekelas mereka.
Anna memutar kedua bola matanya, lalu menatap Bella. "See?"
"Kalau ngomong gitu doang gue juga bisa, An!" protes Bella.
"Ya terus gue harus apa?" geram Anna.
"Bantuin ambil dong, gimana sih lo!"
Anna menghela nafas sabar. Untung saja Bella adalah sahabatnya, jika tidak sudah Anna depak perempuan itu dari sekolahnya.
Dengan terpaksa ia mengikat rambutnya yang tergerai indah lalu memberi kode pada Bella sebelum berlari.
"Bimo, awas lo ya kalau ketangkep gue jadiin makanan lalat!" ancam Bella. Ia dan Anna mulai mengejar Bimo ke penjuru kelas.
"Ih, takut banget," ledek Bimo berpura-pura.
"Bimo berhenti!" pinta Anna geram.
"Anna, lo mending duduk, most wanted sekolah enggak boleh lari-lari!" saran Bimo sama sekali tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...