🌷 REVISED 🌷
Sahabat itu kaki yang berjalan beriringan bukan berlawanan, seakan kau memelukku lalu kau menusukku lebih dalam.
•••••
Anna tidak pernah menyangka semua akan seperti ini. Masalah yang kian menghantuinya tak pernah sedikitpun membuatnya bisa percaya. Menghancurkan persahabatan untuk sebuah kebohongan, ia tidak pernah berpikir persahabatan di matanya akan serendah ini.
Jika saja bisa diulang, Anna memilih untuk tidak mendengarkan apapun yang Bella katakan. Meski diliputi oleh kebohongan setidaknya Anna merasa dia tidak pernah sendirian, Bella akan selalu ada untuknya, menjaga bahkan menemaninya.
Tapi sekarang Anna sadar, di dunia ini tidak ada yang namanya ketulusan.
Derai air mata yang semakin deras mengalir di pipinya mengundang tatapan penasaran semua anak-anak SMA Graviska yang berada di koridor sekolah. Anna masih terus berjalan, meninggalkan Bella yang mengejarnya di belakang.
"An, gue bisa jelasin An!" sanggah Bella. Hatinya mencelos setiap kali mengingat ia memang sudah keterlaluan pada Anna. "Anna, berhenti dulu!"
Melihat Anna tidak ada tanda-tanda untuk berhenti, Bella mencekal tangannya. "An!"
"Apa?" bentak Anna. Matanya memerah karena mengeluarkan air mata.
"Gue minta maaf," lirih Bella menatapnya.
"Gue salah apa sama lo, Bel?" tanya Anna. Suaranya melemah membuktikan betapa kecewanya ia pada sahabat di depannya ini.
"Anna, gue enggak bermaksud--"
"Gue terima kalau yang lain benci sama gue, tapi gue enggak terima kalau sahabat gue sendiri ternyata tega bohongin gue!"
"Gue sama sekali enggak bermaksud bohongin lo," sela Bella.
"Terus apa, hah? Gue dengar sendiri kalau lo yang udah telepon Kevin malam itu. Gue dengar sendiri, Bel!"
Semua orang terkejut mendengar ucapan Anna. Allan dan teman-temannya yang memang ada disana membulatkan matanya tidak percaya.
Bella memejamkan matanya tidak kuat. "Iya, gue cewek itu."
Mendengarnya Anna terkekeh. "Kenapa lo setega ini, Bel?"
Bella terdiam, sadar bahwa tahu dirinya salah, sangat tega dirinya memang sudah mengkhianati Anna. Tak ada satu katapun yang Bella bisa berikan untuk situasi seperti ini, ia takut Anna akan semakin marah padanya.
Anna tertawa hambar. "Selama ini gue cari-cari siapa cewek itu, gue mati-matian untuk ketemu sama jawabannya, tapi ternyata ada di depan mata gue sendiri."
Kepala Anna menoleh pada Aurel. "Dengan bodohnya gue nuduh orang yang enggak bersalah cuma karena dia enggak suka sama gue, tapi nyatanya musuh gue adalah sahabat gue sendiri."
Jarinya menunjuk wajah Bella. "Lo ngelindungi gue, lo yang selalu ada buat gue Bella, tapi lo yang nusuk gue dari belakang? Astaga, jadi selama ini gue cerita sama lo dan ternyata lo orangnya?"
"Anna, berhenti nyalahin gue!" balas Bella. Suaranya ikut meninggi.
Anna menatap Bella tidak menyangka. "Kenapa lo baru bentak gue sekarang? Kenapa dari kemarin lo bersikap baik sama gue kalau amarah lo meledak sekarang?"
"Jangan nyalahin gue An, lo enggak tahu masalahnya."
"Jelas, gimana gue mau tahu kalau semuanya berhasil lo tutupin rapat-rapat. Gue muak sama semua kebohongan lo!" Setelah mengucapkannya Anna pergi secepat mungkin dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Teen Fiction"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...