12. Perkenalan Rahasia

150 16 3
                                    

🌷 REVISED 🌷

Harapan tidak pernah ada jika kau tidak memulainya. Berhentilah mencari perhatian jika kau memang tidak menginginkannya.

•••••

Dibentak, ditinggal, bahkan hanya didiamkan beberapa menit saja suka membuat semua setan dalam diri meronta-ronta. Terkadang efek datang bulan membuat suasana hati para perempuan selalu berubah-ubah, begitupun Anna.

Suara tarikan ingus membuat si pelaku penyebab itu semua membuang nafasnya kasar. Ia pasrah melihat Anna yang sedang mengobati lengannya yang terluka. Mereka duduk di batang pohon tumbang, setelah melakukan perdebatan hebat tentang mengobati dan meninggalkan.

"Gue udah bilang luka gue gapapa. Lo budek?" Allan sudah meminta Anna pergi, tapi perempuan itu tetap keukeuh ingin mengobati lukanya.

"Bisa diam enggak sih, Al?" omel Anna. Suaranya naik beberapa oktaf.

"Lebay!"

Tangis Anna sudah mereda. Anna juga bingung kenapa dia bisa selebay ini hanya karena melihat Allan terluka, yang pasti Anna sangat merasa bersalah.

Wajah cantik itu. Kulit putih mulus dengan lesung pipi, hidung mancung dan bibir berwarna merah muda, sesaat membuat Allan berpikir bahwa Anna memang cantik natural tanpa polesan make up.

"Kenapa lo mau sama Malven?" tanya Allan. Bukan berarti Malven jelek, hanya saja kelakuannya begitu minus.

"Dia baik."

"Cowok brengsek kayak dia lo bilang baik?"

"Iya." Anna mengakhiri tangannya dari luka Allan, lalu menatap laki-laki itu. "Lo yang brengsek juga tetap baik di mata gue."

"Damn you, Anna! Jangan bikin lo lebih kelihatan munafik kayak gini!"

"Gue enggak benci sama lo Al," ucap Anna, "Enggak ada alasan apapun untuk gue benci sama lo. Makasih karena lo selalu nolong gue."

"Jangan pernah salah artiin sikap orang lain, itu bisa jadi bomerang buat diri lo sendiri!"

Lalu Allan menyambung, "Baik sama bego emang beda tipis. Lo bisa kan gunain otak lo untuk lihat mana yang benar-benar tulus sama lo?"

"Iya dan lo tulus nolongin gue."

Allan tidak mau menjawab hal itu. "Jangan nangis lagi, gue benci cewek cengeng."

"Bukannya lo emang benci sama gue?" Sesaat mata mereka bertubrukan.

"Apa lo yang ngejebak Kevin malam itu?"

Anna menautkan kedua alisnya. "Ngejebak?"

"Enggak usah dipikirin," sanggah Allan cepat. "Lo jelek kalau lagi mikir!"

Plak!!!

Anna memukul luka Allan sedikit kencang, membuat laki-laki itu menatapnya kesal. "Bego ya lo!"

"M-maaf," ujar Anna gelagapan. Kembali memeriksa luka Allan, tapi bersyukur pukulannya tidak membuat luka itu tambah parah. "Al?"

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang