EPILOG

188 10 7
                                    

Happy Reading🌹

•••••

Allan bukan dia, Allan juga bukan mereka.

Allan bukan Fardan, laki-laki yang selalu memasang badan setiap kali Bella membutuhkannya.

Allan bukan Malven, yang bisa diajak kemanapun untuk memberikan banyak kenangan dalam setiap hubungan.

Allan bukan Sigit, cowok humoris yang selalu memberikan apapun yang Emil inginkan.

Allan bukan Revan, cowok sejuta pesona yang bisa membuat Viona beruntung menemukannya.

Dan Allan bukan Dava dan juga Haikal, yang bisa mengenalkan saya pada seseorang yang menerima saya secara sempurna.

Dia adalah Allan saya, laki-laki biasa dengan segala kesederhanaannya.

Laki-laki yang tidak pernah mengeluh ketika saya jatuh, laki-laki kasar yang mengajari saya arti kedewasaan, laki-laki yang suka memarahi saya tapi tetap menerima apa adanya.

Dia yang mengajari saya bagaimana sakitnya kehilangan dan rasa penuh pengkhinatan.

Mengajari saya tentang menjaga, mempertahankan, bahkan mencintai setiap harinya.

Dia adalah orangnya, Aldarian Gioregan, pemilik hati saya.

-Bandung, 2021-

Tinta hitam yang tertulis indah pada selembar kertas putih itu seakan menjadi bab terakhir dari kisah cinta mereka. Tangan mungil itu berhenti bergerak menorehkan setiap kalimat pada buku yang berada di hadapannya.

Mata berwarna coklat kopi itu kini beralih pada pemandangan di bawah sana. Orang-orang berkumpul menyaksikan sang bintang bernyanyi di atas panggung, bernyanyi bersama bahkan melompat gembira seakan kebahagiaan mereka hanya sekali saja.

Anna mengangkat kedua sudut bibirnya. Hembusan angin menerbangkan beberapa helai rambutnya ke udara. Hari ini pensi sekolahnya akhirnya bisa terlaksana. Jerih payahnya bersama anak osis yang lain kini terbayar sudah dengan kegembiraan semua penonton di bawah sana.

Kedatangan bintang tamu Pamungkas sebagai guess star pensi disambut antusias oleh seluruh murid bahkan penonton dari sekolah lain. Pensi yang seharusnya diadakan sebulan yang lalu harus terpaksa diundur karena insiden penembakan saat itu. Tidak mungkin SMA Graviska bergembira disaat keadaan sedang berduka. Tapi kini semuanya sudah berlalu, mereka harus kembali bangkit untuk bisa tetap bahagia.

Seseorang membuka pintu rooftop membuat Anna memutar kepalanya. Allan memandangnya lama, kemudian berjalan mendekat. Ia berjongkok tepat di depan gadis itu yang terduduk di pinggir rooftop.

"Abis nulis apa, hm?" tanyanya pada Anna yang masih tersenyum.

Spontan Anna langsung menutup buku di pahanya. "Kepo deh."

Allan tertawa. Ia menjawil hidung mungil gadis itu. "Ayo turun!"

Kepala Anna mengangguk. Ia meletakkan bukunya ke lantai dan menerima uluran tangan Allan. Keduanya berjalan keluar rooftop, lalu menuruni tangga sambil bergandengan.

Beberapa orang yang berada di lorong sekolah memperhatikan mereka secara terang-terangan. Berbisik iri tapi tidak ada lagi yang mengucap kebencian, beberapa dari mereka bahkan tersenyum senang melihat pasangan paling fenomenal di SMA Graviska itu.

Brukk!!

"Aduh, jalan pakai mata dong!" protes seseorang saat Anna menabrak bahunya. "Astaga Anna! Lo udah sembuh?"

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang