Rahasia terbesarku adalah mencintaimu tanpa berucap, memperhatikanmu tanpa mendekat, dan dekat tapi berjarak.
•••••
1 Minggu kemudian.
SMA Graviska masih ramai membicarakan tentang berita terhangat yang menghebohkan satu sekolah selama satu minggu ini. Hampir semua murid tidak pernah absen membicarakan berita hangat tersebut, bahkan sampai hari ini koridor sekolah masih terdengar bisik-bisik orang yang penasaran akan berita itu.
Jika kabarnya tentang Pak Fauzan dekat dengan Bu Syerli mungkin beritanya tidak akan seramai ini, tapi berita itu adalah berita tentang kedekatan Allan, sang pentolan sekolah bersama ratu pembully mereka, Agatha.
Beberapa dugaan seolah membuktikan bahwa keduanya tengah berpacaran, meski begitu tidak ada bukti mengenai fakta tersebut, karena setelah kejadian Agatha terluka di lapangan ia dirawat di rumah sakit selama tiga hari dengan luka parah di bagian kepala.
"Gue setuju banget kalau Allan sama Agatha, secara Agatha cantik Allan juga ganteng."
"Tapi si Anna juga cantik, woy!"
"Ah, dia emang cantik tapi murahan, masa semua cowok dia rebut. Sok cantik banget sih!"
"Bagus deh Allan udah jauhin tuh cewek, emang dari awal gue enggak suka kalau Allan dekat sama cewek munafik itu."
"Gue juga, gatel banget dia godain Allan makanya Allan mau. Pantesan sama Agatha lah kemana-mana."
"Iya, luarnya aja semanis gula dalamnya busuk kayak buah pare."
"Kasian ya, pasti udah dipakai tuh makanya sekarang dilepeh sama Allan."
"Kurang ajar!" umpat Bella. Tangannya mengepal kuat mendengar kata-kata itu.
"Jangan Bel, biarin aja." Anna mencekal lengan Bella yang ingin melabrak beberapa siswi di koridor.
"Tapi An--"
"Lo tenang aja, gue udah biasa sama semua ini."
Bella membuang nafas kasar. "Kalau lo enggak punya banyak tangan buat nutup semua mulut mereka, lo punya dua tangan buat nutup telinga lo sendiri."
Anna tertawa hambar. "Dasar Bella teguh."
"Padahal gue serius loh," ucap Bella sambil memajukan bibirnya.
"Santai aja, dengan begini gue jadi terkenal kan?"
"Terkenal lo jelek banget An, sumpah."
Anna lagi-lagi tertawa. "Gapapa, kan lo bisa pansos."
"Ih, malas banget."
Keduanya kembali berjalan di koridor sekolah, mencoba tidak mengacuhkan orang-orang yang mencemooh sekaligus menatap mereka sinis, lebih tepatnya pada Anna, karena di sepanjang perjalanan Bella memelototi orang-orang yang tertangkap di kedua matanya.
Sesampainya di pintu kantin pemandangan tidak enak langsung menyambut mereka. Di pojok sana ada Allan dan teman-temannya sedang duduk berhadapan dengan satu orang perempuan yang tertawa bersama Allan, dia Agatha.
"Lo yakin?" tanya Bella pada Anna.
"Menurut lo arti gapapa itu apa?"
"Tapi kalau lo belum siap mending jangan dipaksain," ujar Bella. Melihat Fardan mengobrol dengan wanita lain saja nyeseknya bukan main, bagaimana jadi Anna?
"Siap enggak siap gue harus siap, Bel."
Langkah Anna melaju meninggalkan Bella lebih dulu. Ia menahan mati-matian gejolak pada hatinya dan tetap meluruskan pandangan meski harus melewati meja Allan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARIAN [COMPLETED]
Teen Fiction"Aku tidak tahu, seberapa besar kalian bisa memaafkan sebuah kesalahan, mungkin nanti atau tidak sama sekali." Aldarian Gioregan, pemilik jaket jeans berlambang sayap berapi di dada kirinya. Dengan sifat galak dan suka bersikap kasar. Allan, bukan s...