18. Selamat jalan Kevin

136 17 8
                                    

🌷 REVISED 🌷

Dalam hidup cinta memang bukan segalanya, tapi tanpa disengaja cinta bisa merubah segalanya.

•••••

"Fardan berhenti!"

Teriakkan seseorang berhasil menghentikan seorang laki-laki dingin pemakai seragam putih abu-abu. Ia sangat mengenali siapa perempuan yang telah lancang meneriakinya nama sekeras itu. Malas sekali jika harus bertemu, tapi sialnya perempuan itu sudah lebih dulu menemukannya.

Dengan nafas terengah-engah seperti habis lari maraton, Bella berhenti di samping Fardan. Ia mengatur sejenak deru nafasnya.

"Fardan, Bella udah panggil daritadi kenapa enggak berhenti?"

"Males."

"Ini!" Bella menyodorkan kotak bekal berwarna pink ke arah Fardan. "Bella cuma mau ngasih ini."

Fardan hanya melirik sekilas kotak bekal itu, lalu kakinya pergi meninggalkan Bella. Perempuan itu melongo di tempat. Dengan cekatan ia berhasil menarik tangan Fardan hingga laki-laki itu kembali berhenti di tempatnya.

"Fardan kenapa sih?"

"Gapapa," jawab Fardan seadanya.

"Kalau gitu ini ambil buat Fardan," ujar Bella kembali menyodorkan kotak bekal di tangannya.

"Enggak lapar."

"Makan enggak harus nunggu lapar. Nanti kalau Fardan sakit, siapa yang mau nyakitin Bella?"

Sindiran yang cukup mengena di hati Fardan. Ia membuang nafas kasar, lalu merampas kotak bekal itu. Kakinya kembali berjalan meninggalkan Bella.

"Kotak bekalnya balikin ya Fardan, soalnya itu punya bundanya Bella!" teriak Bella.

Fardan melangkahkan kakinya cepat, cukup terganggu dengan suara cempreng perempuan yang berdiri di belakangnya. Ia tidak menjawab ataupun menoleh. Fardan memang selalu mencoba cuek setiap kali melihat Bella. Dia tidak ingin memberi harapan semu kepada perempuan itu.

Kakinya memasuki BWS melalui pagar kecil di belakang sekolah yang sudah berkarat. Melihat suasana sudah lumayan ramai, Fardan mendekati sahabat-sahabatnya yang duduk di bangku panjang warung Teh Entin.

"Anjir demi apa!" pekik Revan. Dia tertawa terbahak-bahak di tempat, disusul oleh anak-anak yang lain.

"Gila-gila, gue enggak nyangka anjir lo sebego itu!" sambung Dava di sela tawanya.

"Senang lo semua? Senang?"

"Astaga Bang, sumpah ya, lo dulunya enggak gadoin beras kan?" tambah Riko.

"Kenapa?" tanya Fardan yang baru saja datang.

Dava menoleh. "Ini Dan, si Sigit bego banget. Masa iya dia ngasih Emil bunga kamboja?"

Fardan mengerutkan keningnya, lalu menoleh melihat Sigit yang menggaruk kepalanya.

"Lagian kata lo Rev cewek sukanya dikasih bunga," sahut Sigit pada Revan.

"Yaiya, tapi enggak bunga kamboja juga kali, lo kira Emil setan apa!" Revan kembali tertawa membuat Sigit menghembuskan nafasnya.

"Udah-udah jangan dinistain terus si Sigit," bela Aji dari kubu sebrang, "Nanti dikirimin bunga kamboja aja lo pada!"

Tawa anak-anak Graviska kembali membuncah. Sigit, si korban penistaan hanya bisa pasrah. Menyesal telah bercerita kepada Revan.

Seorang laki-laki dengan jaket jeans tersampir di bahunya berjalan mendekat ke arah warung. Anak-anak Graviska yang sedang sibuk tertawa tidak menyadari kedatangan Allan, kecuali Dava, karena Allan duduk di sebelahnya.

ALDARIAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang