🕊. ―seventeenth

205 35 22
                                    

Hari demi hari keduanya nikmati. Di kehamilan Sojung yang sekarang menginjak usia tujuh bulan, membuat wanita itu mulai mengeluh pegal.

Seokjin sebagai suami, kadang membantu Sojung dengan memijati bagian tubuh yang istrinya keluhkan. Dia juga jadi lebih berhati-hati untuk menjaga istri dan calon bayinya.

"Sayang, mahasiswaku ada yang mau konsultasi. Malam ini aku tinggal nggak pa-pa, ya?" tanya Seokjin pada istrinya yang sekarang sedang bersandar di kepala ranjang sambil memerhatikannya.

"Konsultasi buat apa?" tanya Sojung.

Seokjin duduk di pinggir ranjang. Sambil mengelus halus perut Sojung dengan kasih sayang, Seokjin menjawab, "Skripsi."

Seokjin menyapa calon bayinya. Dia mengajak anaknya berbicara. Tersenyum sambil membayangkan bagaimana rasa bahagianya saat nanti bayinya lahir ke dunia.

"Mahasiswamu laki-laki 'kan?" tanya Sojung.

"Iya, laki-laki," jawab Seokjin. "Nggak pa-pa, ya? Aku keluar cuma sebentar kok, nggak sampe larut malem."

"Yaudah," jawab Sojung. "Kamu mau makan nggak?"

Seokjin kembali menegakkan posisinya. "Aku mandi dulu deh, baru habis itu makan."

"Oh iya, kamu belum mandi 'kan ya? Sana mandi dulu," kata Sojung.

Seokjin berdiri, kemudian membantu Sojung berdiri juga. Dia tertawa saat merasa bahwa massa tubuh Sojung makin terasa berat sekarang.

"Kenapa ketawa?" tanya Sojung tersenyum, hampir ikut tertawa karena melihat Seokjin.

"Makin berat kamu, perutnya juga makin besar," celetuk Seokjin.

Sojung menyipitkan matanya, menatap Seokjin tajam dan menunjuk Seokjin dengan jari telunjuknya. "Gara-gara kamu! Aku gendut gara-gara kamu!"

Seokjin menegaskan tawanya, dia mengusak rambut Sojung dan mengecup pucuk kepala wanita itu singkat. "Nggak pa-pa gendut, yang penting sayangku 'kan tetep cuma buat kamu."

Sojung ikut tertawa, kemudian mendorong tubuh suaminya agar sedikit menjauh darinya. "Sana mandi! Aku mau turun ke bawah, siapin makan buat kamu."

"Turunnya hati-hati, ya?" pesan Seokjin pada Sojung.

"Iya, Papa," jawab Sojung dengan nada suaranya yang ia buat-buat menjadi lucu, kemudian pergi melenggang ke arah luar. Seokjin yang mendengar dan melihat tingkah laku menggemaskan istrinya, lagi-lagi mengaku bahwa dia kembali jatuh hati pada Sojung.

― ♡ ―

Sojung terkejut, benar-benar terkejut saat dia bangun dari tidur malamnya di hari berikutnya. Seokjin sudah tidak ada di kamar, Sojung tebak Seokjin pergi olahraga.

Bukan itu poinnya. Bukan itu permasalahannya ... yang membuat Sojung terkejut adalah pakaian yang seharusnya tertata rapih di dalam lemari, sekarang malah berserakan dan berantakan di lantai.

Sojung menarik napas panjang dan berusaha untuk meredam amarahnya. Kemudian dia turun dari kasur, selanjutnya dia mulai merapihkan kembali baju-baju yang berantakan di lantai lalu menatanya kembali di lemari.

Kriet ....

Tak berselang lama, Seokjin kembali dan masuk ke dalam kamar. Saat itu, Sojung sudah selesai merapihkan pakaiannya. Dia menatap suaminya sambil berkacak pinggang.

"Kamu tau 'kan, kalau istrimu lagi hamil besar?" tanya Sojung pada Seokjin. "Kamu nyuruh aku buat ngurangin kerjain pekerjaan rumah. Tapi ... pagi ini aja aku udah kamu bikin kerja keras. Pakaian segitu banyaknya yang tadinya rapih, terus kamu berantakin, jatuh-jatuhin di lantai ... itu maksudnya apa? Sengaja mau bikin aku kesel pagi-pagi gini?"

[2] Emotions; Sowjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang