Senyuman di wajahnya jelas menunjukkan bahwa dia bahagia. Melihat putri yang rasanya baru kemarin ia kandung, tersenyum menatap matanya. Ini mungkin terdengar sederhana, tapi untuk Sojung ... ini lebih dari sekadar sederhana.
Buah hati yang ia pertahankan, sekarang memberikan senyuman tulusnya untuk sang ibu. Hani ... adalah salah satu anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan.
"Udah deh, selesai." Sojung berkata setelah dia selesai memasang popok Hani. Wanita itu sebenarnya dari tadi sedang mengganti popok yang Hani gunakan. Sekarang, rutinitas mengganti popok setiap beberapa jam sekali, sudah mulai terbiasa untuk Sojung.
Suaminya saat itu mendecak, Sojung spontan menoleh menatap sang suami. "Si Wilson itu ngapain sih nelfon kamu? Udah dua kali dia nelfon kamu."
Sebelum menjawab dan berbicara pada suaminya, Sojung lebih dulu meletakkan Hani kembali ke dalam kotak bayi. Dia tersenyum untuk pamit sebentar pada Hani.
"Kamu masih sering berhubungan sama dia emang?" tanya Seokjin saat Sojung mendekat untuk duduk di sampingnya.
Sambil menerima ponselnya dari tangan Seokjin, Sojung mendudukkan diri. Lalu wanita itu menggelengkan kepala. "Udah lama, dua mingguan lebih aku udah nggak kontakan sama dia. Sama sekali nggak."
Seokjin bertanya lagi, "Terus kenapa dia sekarang malah telfon kamu? Kayaknya nggak bisa banget dia lost contact lagi sama kamu."
Sojung tersenyum. Dia mengusap-usap bahu suaminya. "Dia nelfon doang kok, kita juga 'kan belum tau maksud dia apa nelfon aku."
"Tapi capek juga ngeladenin dia lama-lama," kata Seokjin sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya. "Kayak nggak ada perempuan lain aja selain kamu."
Sojung menghela napasnya. "Yaudah deh, kutelfon aja dia. Biar jelas, biar kita tau maksud dia nelfon aku itu apa."
"Yaudah, gih."
Sojung menekan tombol panggil pada kontak Wilson. Dia juga menyalakan loudspeaker agar Seokjin juga bisa dengar apa yang Wilson katakan di sebrang sana.
"Halo?"
"Halo, Jung. Sorry, tadi gue nelfon lo. Tumben banget lama ngangkat telfonnya. Kenapa?"
"Iya, sorry ya. Tadi gue lagi ganti popoknya Hani. By the way, kenapa lo nelfon gue? Tumben."
Seokjin menyandarkan badannya, sambil terus memasang telinganya. Matanya juga tak lepas memerhatikan tiap gerak-gerik Sojung.
"Lo udah leave dari group SMA, ya? Anak-anak mau pada reuni sih, malam ini. Di resto hotel A. Lo mau ikut?"
"Oh, ya?" Sojung mengernyitkan dahinya. "Udah lama sih gue keluarnya. Siapa aja emang yang ikut?"
"Tara, Chungha, Jeremy, Joshua, kayaknya mostly pada ikut sih, Jung. Makanya gue ajak lo. Kalau mau nanti kita berangkat bareng."
Sojung sambil menimang-nimang, jawaban apa yang harus ia keluarkan. Matanya menatap Seokjin, sementara pria itu justru mengerutkan keningnya saat ditatap begitu oleh Sojung.
"Gue masih belum bisa pastiin sih, Wil. Harus izin suami gue dulu. Kalaupun nanti ikut reuni juga, gue perginya sama suami gue."
Seokjin mendengar gelak tawa Wilson di sebrang sana. Keningnya makin mengerut tidak suka saat mendengar kalimat Wilson yang selanjutnya. "Suami lo overprotective banget ya, Jung. Gue jadi kasian sama lo. Padahal, dulu lo itu 'kan paling nggak suka diatur-atur."
Sojung ikut tertawa. "Itu menurut lo doang kok. Kalau menurut gue, dia nggak over. Dia cuma ngejaga istrinya, berusaha ngasih perhatian dan ngasih tau gue kalau gue tuh udah bukan perempuan yang nggak punya arah tujuan. Udah bukan waktunya gue untuk jalan ke sana, ke sini, foya-foya, having fun nggak jelas. That's why, I'm lucky to be his wife. Kalau sekarang gue nggak nikah sama dia, mungkin gue masih luntang-lantung nggak jelas. Nggak punya arah masa depan."
"Well, bener sih. Yaudah gitu aja, Jung. Nanti kalau dateng atau nggak, kabarin aja. Biar nanti gue yang sampein ke anak-anak."
Sojung mengangguk-anggukan kepalanya. "Thanks ya, Wil, udah ngabarin gue kalau temen-temen SMA mau reuni. Kalau bisa, gue usahain dateng kok. Bye."
"Bye. Salam ya buat suami lo, anak-anak lo juga."
"Ya." Sojung menutup sambungannya, kemudian menatap Seokjin. Dia bilang, "Dia cuma mau ngabarin kalau ada reuni temen-temen SMA."
Dengan wajah super jengkelnya, Seokjin menambahkan, "... sama buat ngatain aku yang overprotective ke kamu."
"Sayang ...." Sojung sengaja menelusupkan dirinya ke dalam pelukan Seokjin. Dia bermanja-manja di sana, berharap emosi yang sedang menyulut pada diri Seokjin mencair dan menyusut perlahan.
"Aku nggak ngerasa kamu overprotective ke aku kok. Itu cuma menurut Wilson aja. Kamu 'kan tau sendiri Wilson orangnya gimana," kata Sojung yang masih belum mengubah posisinya.
"Justru itu. Aku tuh males banget sama dia lama-lama. Kayak ... kenapa sih harus kamu? Emangnya nggak ada perempuan lain yang lebih narik perhatian dia? Nyebelin banget lama-lama!"
"Nggak usah khawatir, toh aku nggak akan pernah sama dia juga," kata Sojung sambil tertawa kecil. "By the way, aku boleh pergi reuni malem ini?" Sojung bertanya sambil sedikit mengangkat kepalanya, menatap mata Seokjin di atas.
Pria itu membalas tatapan istrinya, lalu menggelengkan kepala. "Nggak! Malem ini, kamu di rumah aja sama aku, Fany, Hani. Nggak akan ada yang keluar rumah malem ini!"
Sojung sekarang menjauhkan dirinya dari posisi sebelumnya. "Masa nggak boleh? Aku 'kan perginya juga sama kamu, aku juga pergi buat kumpul sama temen lagi setelah sekian lama nggak ketemu."
"Aku nggak mau nganterin kamu. Pokoknya malem ini kita di rumah aja, kita kumpul-kumpul kayak biasa."
"Tapi ini cuma sekali, Sayang. Tahun depan belum tentu ada acara reuni lagi," kata Sojung.
"Kamu minta izin sama aku, tapi kamu nggak terima kalau aku nggak ngizinin. Gimana sih?" Seokjin menaikkan nada suaranya, terdengar jelas sekali bahwa dia tidak suka akan sikap Sojung.
"Cuma sekali, masa nggak dibolehin?"
"Terserah! Pergi aja sana kalau emang kamu mau pergi! Ngapain minta izin sama aku kalau gitu? Sana pergi, minta jemput Wilson!" tekan Seokjin. "Susah banget kayaknya nurut sama restu suami ... sana pergi kalau masih kekeuh mau pergi!"
Sojung menghela napasnya. Dia menatap Seokjin tidak suka. Dia marah pada Seokjin kali ini. Kesabaran seseorang selalu ada batas, Sojung sudah melewati batas itu. "Iya, nggak! Aku nggak akan pergi ke tempat reuni. Aku di rumah, sama kamu, sama anak-anak."
"Ya emang harusnya begitu. Kamu itu istri aku, kalau aku bilang di rumah, ya di rumahlah kamu, nggak usah pergi kemana-mana."
"Iya, iya!" Sojung bangun dari posisinya, kemudian mengambil Hani dan mengajaknya keluar kamar. Sebab kalau Sojung tetap bertahan di kamar sekarang, pertengkaran pasti akan terjadi lebih dari ini.
― ♡ ―
A/N:
anyways aku seneng banget guys! kmrn mak sowon udah update lg di ig😭 aaaaaaa happy banget. semoga dia baik-baik aja, huhu.jangan lupa tekan bintangnya,⭐ biar bisa baca part depan!</3
![](https://img.wattpad.com/cover/248583223-288-k918292.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Emotions; Sowjin
Fanfiction#1 ― Sojung #1 ― Sowjin [Sowjin ― Semi Baku] [Sequel of Pak Seokjin] [Slice of Life] Seokjin dan Sojung akhirnya menikah. Setelah menikah tentu saja mereka harus siap menghadapi setiap lika-liku dan hiruk-pikuk rumah tangga. Seokjin yang memang leb...