🕊. ―epilog

423 43 27
                                    

Setiap manusia pasti punya masa kelamnya masing-masing. Merasa tak ada lagi harapan, tak ada lagi masa depan kalau masa itu tak segera diakhiri.

Setiap rumah tangga, punya masalah yang berbeda. Punya keadaan atmosphere suasana yang berbeda. Pun ketika ada masalah, tiap pasangan rumah tangga punya cara menyelesaikannya masing-masing.

Meski sempat ingin berpisah, kenyataannya sampai hari ini ... rumah tangga yang dulu hampir runtuh sekarang justru dipenuhi dengan kebahagiaan. Bahkan setelah lima tahun jalannya pernikahan.

Kejadian empat tahun lalu, membuat keduanya sama-sama mengerti. Mereka banyak belajar dari pengalaman pahit yang pernah menimpa rumah tangga mereka. Hingga akhirnya, hari ini, saat ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima ... Sojung dan Seokjin saling melempar tatapan manis di atas ranjang tidur mereka.

"Selamat pagi, Sayang. Selamat ulang tahun pernikahan yang ke lima," ujar Seokjin sambil mengusap halus pipi Sojung.

Wanitanya itu memegang tangan Seokjin yang ada di pipinya. Dia balik menggenggam, juga mengusap halus tangan Seokjin. "Selamat pagi. Selamat ulang tahun pernikahan yang ke lima juga. I love you."

"I love you more," balas Seokjin.

"Sana mandi, ada yang mau aku omongin ke kamu," kata Sojung, memerintahkan suaminya untuk membersihkan dirinya lebih dulu.

"Apa?" Seokjin belum bergerak. Dia malah lebih tertarik pada hal yang akan Sojung bicarakan. "Kamu mau ngasih aku hadiah? Hadiah apa, Sayang?"

Sojung tertawa. "Nggak tau. Masih rahasia. Sana cepat mandi ... atau nggak akan aku kasih tau hadiahnya."

Seokjin menarik kedua sudut bibirnya. Sebenarnya masih agak malas untuk bangun dari ranjang sekarang. Namun, karena pria itu penasaran hadiah apa yang menantinya dari Sojung, dia segera bangun dan bergegas untuk mandi.

Sambil menunggu Seokjin, Sojung bangun dari posisi tidurnya. Dia menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Tangannya bergerak untuk meraih tasnya di laci bagian bawah meja.

Senyumannya kembali terukir. Dia mengambil amplop putih di dalam tas itu. Usai itu dia kembali meletakkan tasnya ke dalam laci, lalu menutup laci itu lagi.

Sojung memegang amplop putih itu dengan bahagia. Rasanya tak sabar melihat reaksi Seokjin nanti setelah membaca isi dalam amplop itu. Selain kertas, ada satu alat yang tak asing bagi mereka di dalam amplop tersebut.

Dalam bayangannya, Seokjin pasti akan tersenyum bahagia. Mungkin juga Seokjin akan memeluknya dan mengucapkan rasa bahagianya. Tapi dia tidak tahu, apa Seokjin akan bereaksi sama seperti yang ada dalam bayangannya ... atau malah pria itu tidak bereaksi sama sekali.

Saat pintu kamar mandi terbuka, Sojung spontan menatap Seokjin yang melangkah keluar dan kembali menuju ranjang tidur mereka. "Kok cepet banget? Beneran mandi nggak kamu?"

Seokjin mengerutkan wajahnya tak suka. "Beneran dong, aku 'kan bersih orangnya."

Melihat suaminya merajuk, Sojung lantas tertawa. Dia menepuk-nepuk ruang kosong di sebelahnya. "Sini, Sayang. Duduk."

Seokjin dengan bersemangat menghempaskan duduknya di atas kasur, lalu duduk di samping Sojung. Persis di tempat yang tadi ditepuk-tepuk oleh Sojung. "Mana hadiahku?"

Sojung mengulum senyumnya, dia menatap Seokjin sebentar ... lalu memberikan amplop yang tadi ia ambil dari tas pada Seokjin.

Prianya itu mengernyitkan dahi tanda kebingungan. Namun, ekspresinya berubah datar saat menemukan alat tak asing dari dalam amplop tersebut. Tangannya buru-buru membuka lipatan kertas untuk membuktikan kebenaran alat tersebut.

[2] Emotions; Sowjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang