🕊. ―twenty seventh

216 29 6
                                    

Seokjin sudah kembali lagi ke kamarnya sembari membawa segelas susu dingin serta tiga buah pie coklat untuk Sojung. Namun, ternyata Sojung tidak ada di kamarnya. Di bawah juga tidak ada tanda-tanda dia ada di sana. Dicari sampai ke toilet pun, toiletnya justru kosong.

Akhirnya Seokjin kembali keluar dan menutup pintu kamarnya. Dia berjalan menuju balkon, berharap menemukan istrinya di sana. Seokjin tersenyum dan menghembuskan napas lega saat melihat istrinya sedang bersandar pada kursi di sana sambil mengelus halus perutnya.

"Aku cari kamu di kamar nggak ada, ternyata malah ada di sini," gumam Seokjin sambil menaruh nampan di atas meja dan segera duduk di bangku sebelah―meja―Sojung.

Sojung tersenyum senang menyambut kedatangan Seokjin. Dia langsung meraih gelas yang berisi susu dan mengucapkan terimakasih sebelum menenggak sebagian isinya.

"Ngapain sih, di sini?" tanya Seokjin memulai percakapan. "Bukannya enakan di kamar?"

Sojung kembali menaruh susunya dan mengambil satu dari tiga pie coklat untuk dimakan. "Aku bosen, mau keluar aja."

"Oh, iya, Sayang. Tadi dokter bilang 'kan, aku harus rajin senam hamil, aku pikir aku mau ikut kelas senam aja. Biar nggak suntuk juga di rumah terus," lanjut ujarnya sambil menyantap sebagian pie coklat favoritnya.

"Kalau maunya kamu gitu, yaudah ikut aja," kata Seokjin. "Udah dapet tempat buat ikut kelas senamnya?"

"Belum sih," jawab Sojung. "Aku baru nanya-nanya temenku, udah sempet browsing juga di internet cuma belum aku pertegas."

Seokjin menarik sudut bibirnya dan mengangguk-anggukan kepalanya. Sojung yang penasaran kenapa suaminya tak bersuara lantas menoleh ke samping. Saat itu suaminya malah menatapnya kembali, senyuman manis di wajah pria itu membuat pipinya memanas.

Sojung yang berusaha menutupi hal itu lantas mengalihkan suasananya. Dia menyodorkan coklat pie ke arah Seokjin dan menawarkan itu pada Seokjin. "Mau?"

Seokjin menggelengkan kepalanya. "Nggak, makasih. Makan aja, biar bayi kita nggak kelaperan lagi."

Sojung tertawa, memalingkan kepalanya ke arah depan lagi, lalu melanjutkan lagi gigitannya pada coklat pie itu. "Oh, ngomong-ngomong, Sayang. Aku mau cerita." Ungkapan Seokjin barusan membuat Sojung kembali mengambil alih perhatiannya untuk Seokjin. "Apa?"

"Waktu aku jemput Fany tadi, ada laki-laki muda yang aneh ... aneh banget!" kata Seokjin.

"Aneh gimana?" tanya Sojung sambil mengakhiri gigitannya pada pie coklat lantaran sudah habis. Dia menenggak susunya sambil mendengarkan cerita Seokjin.

"Dia ngeliatin aku terus, dari aku turun dari mobil," kata Seokjin. "Tatapannya itu kayak nggak santai, tajem banget matanya. Makanya aku kayak ... nggak nyaman banget diliatin kayak gitu."

"Loh, kok gitu sih?" Sojung mulai ikut merasakan emosi yang Seokjin bawa dalam ceritanya. "Terus, kamu tegur nggak orangnya?"

"Nggak sih, aku males banget ngeladenin orang aneh kayak gitu," jawab Seokjin. "Tapi aku penasaran, kenapa dia sampe ngelakuin itu ke aku. Akhirnya, aku tanya Fany. Terus Fany bilang ..."

"Bilang apa?" tanya Sojung setelah Seokjin menggantung kalimatnya.

"Katanya itu temen kamu? Kamu pernah sekali ngobrol sama dia waktu di sekolah, waktu jemput Fany tempo lalu," sambung Seokjin. "Apa jangan-jangan itu yang namanya Wilson, ya?"

"Wilson?" ulang Sojung. Otaknya sambil berpikir. "Mungkin iya. Wajar sih, dia ngeliat kamu kayak gitu dari kamu turun mobil. Kamu 'kan pake mobil yang sama, sama aku. Platnya, tipenya, jelas aja dia penasaran."

"Lagian 'kan, dia cuma tau kalau aku udah nikah. Dia nggak tau suami aku kayak gimana gantengnya, gagahnya, wibawanya,"--Sojung tertawa malu-malu--"jadi ya, dia mungkin mau mastiin, kamu itu bener suami aku atau bukan."

Seokjin yang tadinya lumayan jengkel, sekarang jadi sedikit malu lantaran Sojung menggodanya. "Harusnya dia tau ya, kalau istrinya aja cantik ... suaminya pasti ganteng. Lebih ganteng dari dia," ujar Seokjin untuk menutupi hawa pipinya yang memanas.

"Iya, suamiku itu ... world wide handsome. Nggak akan pernah ada tandingannya. That's why, akhirnya aku jatuh dan berakhir jadi istrinya sekarang," kata Sojung.

Seokjin yang tak mampu lagi mengalihkan suasana lantas mendekat ke arah Sojung. Dia berlutut di hadapan Sojung dan meraih kedua tangan wanita itu. "Jangan bilang kayak gitu terus. Aku malu, Sayang."

Sojung tertawa gemas. Dia menarik sebelah tangannya dan meletakkan itu di sisi wajah Seokjin. Sojung mengelus wajah suaminya, sambil berkata, "Suamiku itu satu-satunya ... in anyway, and everyway. Kamu milikku, aku milikmu."

Seokjin meraih tangan Sojung lagi, kali ini dia mengecup punggung tangan wanitanya itu dengan penuh kasih sayang. "I love you ... I really do."

― ♡ ―

Sorenya Sojung membuat kukis coklat untuk cemilan keluarga kecilnya. Fany dan Seokjin sudah menunggunya di luar. Dia tersenyum sambil meletakkan kukis yang masih hangat itu di atas meja beserta segelas susu coklat panas.

"Dingin-dingin begini enak banget ya minum susu coklat sama makan kukis buatannya Mama," celetuk Fany sambil menggigit kukisnya.

Sojung hanya tersenyum dan membelai halus rambut indah Fany. Setelah itu dia duduk, di bangku dekat meja sebelah Seokjin. Bersama dengan keluarganya, Sojung kini menggigit kukis pertama buatannya.

Sore ini cuacanya memang sedikit sejuk, jadi kukis coklat dan susu panas adalah teman yang pas dikala seperti ini.

Mereka yang tadinya asik berbincang dan tertawa bersama sekarang malah mengalihkan perhatiannya pada mobil berwarna abu-abu metalik yang berhenti di depan pagar rumah mereka. Pengemudi mobil itu turun dan membuka pagar, lalu berjalan masuk sambil membawa sebuah totebag di sebelah tangannya.

Untuk menyambut orang itu, Sojung bangun dari duduknya dan tersenyum. "Kenapa, Wil?"

"Vitamin dari Ibu lo, sama sup ikan," jawab Wilson sambil menyerahkan totebag berwarna hijau daun itu pada Sojung.

Sojung menerima dan mengintip sejenak isi totebag itu, walau sudah sempat dijelaskan tadi. "Makasih, ya. By the way, tau rumah gue dari mana?"

"Ibu lo ngasih tau gue. Dia nitip karena ternyata letak proyek gue sama rumah lo searah," jawab Wilson. "Tadi gue ke rumah Ibu nganterin Mama sih, jadi sekalian."

"Oh gitu," Sojung kemudian melanjutkan lagi kalimatnya, "Mau mampir dulu? Gue buat kukis coklat tadi. Kalau mau, gue bikinin susu panas juga buat temennya. Mau?"

Wilson lantas menoleh ke arah belakang Sojung. Melihat bagaimana rupa suaminya yang justru tersenyum menatapnya, juga seorang gadis kecil yang berdiri tepat di depan suami Sojung. "Sorry, tapi gue buru-buru nih, Jung. Mau ngeliat progress di proyek. Soon ya, gue pasti mampir kok."

"Oh yaudah kalau gitu, hati-hati di jalan ya," pesan Sojung. Wilson mengangguk-anggukan kepala.

Dia juga menyempatkan diri untuk melihat Seokjin dan Fany sekali lagi. Setelahnya dia berpamitan pada Seokjin, "Mas, saya pergi dulu, ya?"

Seokjin mengangguk-anggukan kepalanya, dia tersenyum mempersilakan. "Ya. Hati-hati di jalan, ya."

Wilson mengangguk. "Gue pamit dulu ya, Jung. See you soon!"

Sojung menunggu Wilson berangkat dengan mobilnya, setelah itu dia kembali duduk di kursinya. Dia juga bertanya pada Seokjin, "Bener, dia yang tadi sempet kamu ceritain ke aku?"

Seokjin menoleh dan mengangguk. "Persis," jawab Seokjin.

― ♡ ―

A/N:
Eh si bapak ketemu sm Wilson, ihiy mantapnya😆

[2] Emotions; Sowjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang